Bisnis.com, JAKARTA - Direktur Eksekutif Institute for Development on Economics and Finance Tauhid Ahmad memperkirakan inflasi tahunan pada April 2021 sekitar 1,7-1,8 persen (year-on-year/yoy).
Angka tersebut lebih tinggi daripadda periode yang sama pada tahun sebelumnya yaitu 1,37 persen.
Menurut Tauhid, terdapat sejumlah faktor pendorong kenaikan inflasi. Meskipun, kenaikan tersebut belum mencapai level normal atau biasanya di atas 2 persen.
Pertama, kenaikan konsumsi makanan dan minuman yang biasa terjadi saat masuk bulan Ramadan.
“Itu otomatis permintaan kebutuhan untuk sebagian besar di komponen inflasi, baik makanan utama dan lain-lain juga meningkat. Itu yang saya kira relatif terjadi di bulan ini,” jelas Tauhid kepada Bisnis, Minggu (2/5/2021).
Kedua, banyak sektor informal yang sudah melakukan mudik duluan dan relatif menghabiskan sebagian konsumsi yang lebih tinggi sehingga kebutuhan lain juga meningkat.
Ketiga, dorongan melalui pergerakan konsumsi yang mulai terjadi, meskipun relatif masih sedikit.
Sementara itu, faktor lain yang menurutnya juga mendorong kenaikan inflasi terlihat dari persepsi konsumen terkait dengan peningkatan konsumsi mereka.
Hal itu tercermin dari Indeks Keyakinan Konsumen (IKK). Pada Maret 2021, IKK sebesar 93,4 dan terus naik dari dua bulan sebelumnya.
Tauhid memaparkan sektor makanan dan minuman masih menjadi sektor utama pendorong kenaikan inflasi lebih tinggi dari yang lain. Terutama selama Ramadan, masyarakat cenderung belanja di tempat-tempat berkumpul atau restoran.
“Persentase terbesar memang untuk kebutuhan selama masa Ramadan. Coba aja lihat restoran pada bergerak kan selama Ramadan. Kumpul-kumpul menjelang sore, itu karena selama masa Ramadan aja,” ujarnya.