Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Sejumlah Bantuan Disetop, CORE Ingatkan Pemerintah Harus Hati-hati

Sejumlah stimulus yang sudah tidak lagi disalurkan pemerintah di antaranya adalah subsidi gaji bagi karyawan dan bantuan sosial tunai (BST). Padahal, total anggaran PEN untuk 2021 naik sebesar 21 persen dari realisasi tahun sebelumnya menjadi Rp699,43 triliun.
Antrean pelaku UMKM mendaftar pengajuan Bantuan Sosial Produktif di Kantor Dinkop UKM Solo, Rabu 12 Agustus 2020./JIBI-Burhan Aris Nugrahann
Antrean pelaku UMKM mendaftar pengajuan Bantuan Sosial Produktif di Kantor Dinkop UKM Solo, Rabu 12 Agustus 2020./JIBI-Burhan Aris Nugrahann

Bisnis.com, JAKARTA – Ekonom Center of Reform on Economics (CORE) Yusuf Rendy Manilet menilai pemerintah seharusnya berhati-hati saat memutuskan untuk berhenti menyalurkan sejumlah bantuan di pos perlindungan sosial dalam alokasi anggaran pemulihan ekonomi nasional (PEN).

Padahal, menurut Yusuf, kepercayaan konsumen belum kembali sepenuhnya seperti pada level sebelum pandemi. Adapun, Bank Indonesia (BI) mencatat indeks keyakinan konsumen (IKK) Maret 2021 sebesar 93,4.

“Penarikan bantuan khususnya perlindungan sosial ini memang perlu dilakukan secara hati-hati karena bantuan ini akan sangat memengaruhi daya beli khususnya kelompok pendapatan menengah, khususnya menengah ke bawah,” jelas Yusuf dalam diskusi virtual, Selasa (27/4/2021).

Sejumlah stimulus yang sudah tidak lagi disalurkan pemerintah di antaranya adalah subsidi gaji bagi karyawan dan bantuan sosial tunai (BST). Padahal, total anggaran PEN untuk 2021 naik sebesar 21 persen dari realisasi tahun sebelumnya menjadi Rp699,43 triliun.

Maka itu, Yusuf mempertanyakan apakah keputusan untuk menurunkan angka anggaran untuk perlinsos di tengah kenaikan anggaran PEN merupakan hal tepat yang dilakukan oleh pemerintah.

Yusuf menjelaskan dunia, termasuk Indonesia, cukup bersandar pada kebijakan fiskal untuk menangani pandemi Covid-19, terlebih untuk mengantisipasi dampak gelombang kedua pandemi. Hampir seluruh negara menganggarkan 2,5 sampai 5 persen anggarannya terhadap PDB untuk menangkal dampak pandemi.

“Bentuk stimulus fiskal yang diberikan oleh pemerintah juga relatif sama di seluruh belahan dunia. Artinya, bentuknya bisa berupa tambahan belanja, pendapatan yang ditahan, dan pinjaman langsung kepada bantuan kepada masyarakat,” katanya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Dany Saputra
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper