Bisnis.com, JAKARTA - Inisiasi pencetakan 500.000 eksportir baru dalam 10 tahun ke depan diyakini bisa menghasilkan setidaknya 10.000 eksportir baru pada tahun pertama implementasi. Kolaborasi dunia usaha dan pemerintah akan menjadi kunci tercapainya target ini.
Ketua Komite Tetap Pengembangan Ekspor Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia sekaligus Kepala Sekolah Ekspor Handito Joewono menyatakan peta jalan untuk program inisiasi dunia usaha tersebut memang belum secara resmi dibentuk. Meski demikian, target tahun pertama optimistis bisa dicapai dengan dukungan dari berbagai kementerian dan asosiasi usaha.
“Tahun pertama ini menjadi kick-off, dari segi pranata termasuk bagaimana menyatukan pandangan dunia usaha dan pemerintah. Namun kami targetkan rata-rata 50.000 per tahun dan untuk tahun pertama 10.000 eksportir,” kata Handito saat dihubungi, Selasa (19/4/2021).
Handito mengatakan setidaknya ada tiga kelompok besar yang akan menjadi sasaran program 500.000 eksportir baru. Kelompok ini mencakup para lulusan perguruan tinggi yang diharapkan bisa menjadi wirausahawan baru, pelaku UKM, dan pelaku usaha skala menengah dan besar.
“Untuk yang ketiga ini kami sasar karena ternyata banyak yang sudah berskala besar, tetapi belum memulai ekspor,” lanjutnya.
Handito menyebutkan sejumlah strategi disiapkan untuk mencapai target tersebut. Pertama, memastikan aspek rantai pasok dan logistik yang memadai untuk mendukung daya saing. Kedua, jaminan pembiayaan yang kerap menjadi hambatan dimulainya inisiasi untuk mengekspor.
Baca Juga
“Ketiga tentunya menyiapkan produk dan pasarnya mana saja. Kami melihat produk makanan dan pertanian olahan menjanjikan untuk ekspor perdana,” kata dia.
Selanjutnya, Handito mengatakan terdapat peluang untuk lebih mengoptimalisasi loka pasar dalam menjual produk lokal di pasar luar negeri. Dia menilai pemanfaatan marketplace bisa menjadi jalan pintas bagi eksportir baru untuk memasarkan produknya.
Data Survei Laporan Keuangan UMKM (SLKU) Bank Indonesia pada 2020 memperlihatkan bahwa transaksi ekspor melalui platform e-commerce didominasi penjualan ke China dengan kontribusi sebesar 61 persen. Posisi China disusul oleh Singapura dan Taiwan yang menempati peringkat kedua dan ketiga.
Adapun produk yang paling banyak diperdagangkan oleh UKM melalui e-commerce adalah tiket dan voucher dengan kontribusi 61 persen. Produk terbanyak kedua yang diperdagangkan adalah otomotif dan aksesoris serta makanan dan minuman.