Bisnis.com, JAKARTA — Industri kakao tahun lalu terpantau mencatatkan kinerja yang cukup membaik. Hal itu disinyalir dari keberhasilan pengembangan sentra kebun baru oleh petani.
Wakil Ketua Umum Dewan Kakao Indonesia (Dekaindo) Periode 2012-2019 Sindra Wijaya mengatakan selama sepuluh tahun terakhir tren produksi biji kakao Indonesia terus mengalami penurunan karena umur tanaman yang umumnya sudah tua, konversi kebun kakao, hama, pupuk dan fokus pemerintah kepada tanaman pangan menjadi penyebab turunnya produksi. Namun, tahun lalu ada sedikit catatan yang berbeda.
Mengutip data Badan Pusat Statistika (BPS) volume ekspor biji kakao pada 2020 turun sebenarnya masih turun sebesar 7 persen menjadi 28.678 ton dari 30.835 ton pada periode 2019. Tak hanya itu, volume impor biji kakao juga mengalami penurunan sebesar 15 persen menjadi 198.838 ton dari 234.894 ton pada 2019.
"Dari kedua data ini semakin memperkuat dugaan bahwa produksi biji kakao dan kapasitas industri kakao kita semakin melemah tahun lalu, tetapi ada fakta lain dari ekspor lemak kakao [cocoa butter] pada tahun lalu naik sebesar 6 persen menjadi 144.490 ton dari 136.825 ton pada 2019. Ternyata ini dampak dari adanya sentra kakao baru," katanya kepada Bisnis, Kamis (15/4/2021).
Sindra menyebut pasalnya tak hanya lemak kakao yang meningkat, ekspor cocoa cake dan cocoa powder juga meningkat masing-masing 25 persen dan 27 persen. Sementara ekspor cocoa liquor turun cukup tinggi sebesar 44 persen, tetapi karena volume cocoa liquor umumnya jauh lebih kecil dibanding produk lainnya sehingga tidak berdampak signifikan.
"Alhasil dari data di atas kita bisa melakukan metode konversi untuk menghitung berapa total produksi biji kakao Indonesia pada 2020. Hasilnya cukup mengejutkan karena ternyata produksi kakao kita naik sebesar 22 persen menjadi 265.828 ton tahun lalu dari 217.090 ton pada 2019," ujarnya.
Sindra pun menyebut sentra-sentra kakao baru di daerah yang menghasilkan biji kakao dengan produktivitas tinggi telah dikonfirmasi Pusat Penelitian Kopi dan Kakao (Puslitkoka) Jember di mana tiga daerah penyumbang sentra baru tersebut ada di Aceh, Sumatra Barat, dan Lampung.
Selain itu Puslitkoka memantau ada perbaikan produksi kakao di Bali, NTT dan NTB. Sindra juga menambahkan ada sejumlah kelompok tani dari beberapa daerah yang datang ke Puslitkoka Jember untuk belajar budidaya kakao dengan antusias. Dia pun berharap hal ini bisa semakin menggairahkan para petani untuk terus meningkatkan produksi kakaonya.