Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ekonomi RI Berpotensi Tumbuh 8 Persen di Kuartal II/2021, Ini Pemicunya!

Faktor rebound ini dipicu oleh adanya low base effect dari kontraksi pertumbuhan sedalam -5,32 persen di kuartal II/2020.
Foto aerial Simpang Susun Semanggi di Jakarta, Jumat (14/7). ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan
Foto aerial Simpang Susun Semanggi di Jakarta, Jumat (14/7). ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan

Bisnis.com, JAKARTA – Ekonom BCA David Sumual mengatakan ekonomi Indonesia berpotensi tumbuh sebesar 8 persen di kuartal II/2021, akibat low base effect dari kontraksi pertumbuhan sedalam -5,32 persen di kuartal II/2020.

“Kuartal II tahun ini tidak separah tahun lalu, ya. Tahun lalu ada PSBB ketat, orang ke kantor cuma 25 persen, semua toko dan mal tutup terutama di kota-kota besar. Transaksi turun drastis secara total saya perhatikan sekitar 25 persen, ya, di bulan Mei,” kata David kepada Bisnis, Senin (12/4/2021).

Meskipun demikian, menurutnya, kuartal I/2021 akan masih tumbuh negatif, program vaksinasi, penurunan kasus Covid-19, serta meningkatnya mobilitas dan belanja masyarakat, membuat ekonomi dalam negeri pasti sudah jauh lebih baik dari tahun lalu.

“Jadi kuartal II/2021 ini faktor low base effect gitu, ya. Lalu, ini rebound aja. Jadi kalau misalnya di bawah 5 [persen], itu justru aneh buat saya karena kondisinya lebih bagus dari tahun lalu. Jadi pasti di atas 5 [persen],” kata David.

David mengatakan poin terpenting justru terletak pada pertumbuhan kuartal III dan IV/2021, atau pada 2022. Hal tersebut disebabkan oleh pemulihan yang sudah mulai terjadi sejak kuartal III dan IV/ 2020.

Diketahui, terdapat sejumlah relaksasi pembatasan kegiatan dan mobilitas masyarakat pada kuartal III dan IV tahun lalu. Maka itu, ditambah dengan pemberian stimulus dari pemerintah, David berharap dapat menggerakkan geliat konsumsi, terutama di sektor-sektor yang memiliki multiplier effect yang tinggi.

“Kuartal III dan IV tahun ini harapannya ada booster. Apa saja? Yaitu insentif-insentif yang diberikan pemerintah mulai dari PPnBM, PPN buat properti, terus ada Rp500 miliar untuk ongkos kirim [Harbolnas]. Supaya, walaupun tidak mudik, tetap belanja,” ujarnya.

Dia menegaskan insentif-insentif dari lintas lembaga seperti Kementerian Keuangan, Bank Indonesia (BI), Otoritas Jasa Keuangan (OJK), dan lain sebagainya harus mulai disalurkan pada kuartal III/2021 mendatang. Menurutnya, insentif perlu difokuskan terutama di sektor-sektor seperti properti, otomotif, dan konstruksi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Dany Saputra
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper