Bisnis.com, JAKARTA - Shoei Kisen, pemilik kapal kargo raksasa Ever Given yang telah memblokir Terusan Sue Mesir, meminta maaf atas terganggunya perdagangan global akibat insiden tersebut.
Dilansir dari BBC, kapal kargo raksasa sepanjang 400m (1.300 kaki) itu terjepit di kanal setelah tertiup angin kencang sejak Selasa (23/3/2021).
Gara-gara insiden tersebut, lebih dari 150 kapal kini menunggu untuk melewati jalur vital perdagangan dunia itu.
"Memindahkan [kapal kargo] Ever Given terbukti sangat sulit, tetapi kami bekerja keras untuk menyelesaikan situasi ini," ujar perwakilan Ever Given seperti dikutip dari BBC.com, Kamis (25/3/2021).
Ever Given merupakan sebuah kapal berbobot 200.000 ton yang terdaftar di Panama dan dioperasikan oleh perusahaan transportasi Taiwan Evergreen Marine. Namun, Ever Given tercatat dimiliki oleh perusahaan penyewaan kapal, Shoei Kisen Ltd dari Jepang.
Kapal Ever Green sedang menuju ke kota pelabuhan Rotterdam di Belanda dari Tiongkok. Kapal raksasa itu lantas kehilangan kendali akibat angin kenccang ketika melewati utara melalui kanal dalam perjalanannya ke Mediterania melalui Laut Merah.
Baca Juga
Nick Sloane, penyelamat yang bertanggung jawab untuk mengapungkan kembali Costa Concordia, kapal pesiar yang terbalik di pantai Italia pada 2012, mengatakan bahwa musim pasang pada Minggu dan Senin akan menambah kedalaman ekstra 46 sentimeter dan memungkinkan kapal untuk lebih banyak bermanuver.
Ukuran besar Ever Given, yang kandas di bagian selatan kanal pada Selasa lalu, menyulitkan upaya kapal tunda dan ekskavator laut untuk membawanya kembali ke perairan yang dapat dilayari. Kapal itu panjangnya sekitar seperempat mil (400 meter) dan beratnya 200.000 metrik ton.
"Ini jelas bukan operasi pengapungan ulang yang cepat," kata Sloane, dilansir Bloomberg, Kamis (25/3/2021).
Otoritas kanal diharapkan untuk mencoba mengeluarkan Ever Given pada hari ini, jika cuaca memungkinkan. Untuk itu, mereka mungkin menggunakan empat atau lima kapal tunda tambahan setelah upaya kemarin gagal, kata Sloane.
Kapal keruk menggali di sekitar kapal untuk memungkinkannya mundur dari posisinya, dan jika tidak bergerak, langkah selanjutnya adalah menguras air pemberat dan bahan bakar.