Bisnis.com, JAKARTA - Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) meminta kepada masyarakat selaku pengguna jasa angkutan seperti bus agar senantiasa mengidentifikasi risiko terjadinya kebakaran tiap kali naik sebuah kendaraan.
Hal tersebut disampaikan Senior Investigator KNKT Ahmad Wildan sebagai upaya meningkatkan aspek keselamatan dari adanya sistem kelistrikan yang terdapat di dalam bus. Pemicu terjadinya kebakaran itu ada tiga yang disebut dengan segitiga api, di antaranya, adanya oksigen, benda mudah terbakar (flammable), dan pemantik atau sumber api.
"Jadi tugas bapak ibu kalau naik sebuah bus tidak perlu cari oksigen dan benda mudah terbakar karena itu sudah banyak. Tinggal identifikasi, cermati hal-hal apa saja yang bisa memantik atau menimbulkan sumber api di sebuah bus," katanya dalam diskusi daring, Kamis (18/3/2021).
Dia menyebut sumber api pada sebuah bus bisa disebabkan dari tiga hal. Pertama perilaku manusia yang membuang rokok sembarangan, dari peristiwa alam seperti petir, dan dari instalasi kelistrikan atau korsleting listrik.
Terkait korsleting listrik ini, lanjutnya, bisa disebabkan beberapa hal, yakni adanya isolasi kabel yang terbuka, kabel yang digunakan tidak sesuai baik ukuran maupun jenisnya, penyambungan kabel yang kurang tepat sehingga terjadi kebocoran arus listrik, kabel atau peralatan listrik yang basah, beban arus berlebih hingga kabel yang terkena benda tajam.
"Kita harus waspadai kalau ada kabel yang terbuka. Ketika kabel dilewatkan ke sebuah lubang yang tajam maka dia akan tergesek dan terbuka. Nah ketika dia terbuka isolasinya, dia akan berisiko korsleting dan terbakar," jelas Wildan.
Baca Juga
Lebih lanjut, dia memerinci, syarat keselamatan kelistrikan atau bagaimana menghindari terjadinya korsleting listrik pada sebuah bus ada tiga. Pertama desain kelistrikan (wiring diagram) harus benar, kedua instalasi kelistrikan harus benar dan jangan asal menekuk kabel, serta terakhir material yang digunakan harus benar dan jelas.
"KNKT terus terang sudah melakukan investigasi dari 2017 sampai 2021 ada sekitar tujuh unit bus terbakar. Penyebabnya beda-beda. Ada yang dari by desain, by maintenance, dan by operasional," imbuhnya.