Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pembenahan Sistem Pasar Kerja RI Butuh Kolaborasi Massif

Untuk menambah signifikansi sistem informasi pasar kerja, diperlukan juga agen-agen negara yang menjalankan fungsi menghubungkan antara pekerja dan pekerjaan.
Pekerja menyelesaikan pembuatan perangkat alat elektronik rumah tangga di PT Selaras Citra Nusantara Perkasa (SCNP), Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Rabu (19/8/2020). Bisnis/Abdullah Azzam
Pekerja menyelesaikan pembuatan perangkat alat elektronik rumah tangga di PT Selaras Citra Nusantara Perkasa (SCNP), Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Rabu (19/8/2020). Bisnis/Abdullah Azzam

Bisnis.com, JAKARTA – Pembenahan sistem informasi pasar kerja yang dilakukan Kementerian Ketenagakerjaan tahun ini dinilai meningkatkan keaktifan pasar kerja di Tanah Air. Kendati demikian, diperlukan pembenahan di sektor lain agar upaya tersebut bisa berhasil.

Menurut Ketua Komite Tetap Ketenagakerjaan Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Bob Azzam, sistem informasi pasar kerja merupakan sarana yang dapat meningkatkan geliat di bursa kerja Tanah Air.

"Jadi, ini sesuai dengan adanya keharusan untuk meningkatkan pasar kerja. Selama ini, sektor ketenagakerjaan di Indonesia pasif dan hanya terkonsentrasi terhadap perlindungan tenaga kerja," ujar Bob pada saat dihubungi Rabu (17/3/2021).

Untuk menambah signifikansi sistem informasi pasar kerja tersebut, sambungnya, juga diperlukan adanya agen-agen negara yang menjalankan fungsi menghubungkan antara pekerja dan pekerjaan.

Sebab, penyerapan tenaga kerja dinilai tidak dapat berlangsung secara maksimal jika sistem informasi pasar kerja yang dibuat oleh pemerintah tidak didukung dengan pilar-pilar lain.

Selain itu, peran pemerintah daerah dinilai belum maksimal. Bob mengatakan saat ini banyak Balai Latihan Kerja (BLK) yang tidak berfungsi dengan baik di daerah-daerah. Dengan demikian, lanjutnya, diperlukan perhatian lebih dari pemerintah pusat untuk mengembangkan sumber daya manusia di sektor ketenagakerjaan.

"Dengan proyeksi pertumbuhan ekonomi 3-5 persen, dan yang bergeliat sektor padat karya, dengan perhitungan bahwa 1 persen pertumbuhan ekonomi bisa menyerap 400.000 pekerja. Kalau 5 persen berarti 2 juta orang," jelasnya.

Namun, lanjut Bob, jika sektor yang bergeliat justru nonpadat karya, maka tingkat penyerapan tenaga kerja diprediksi bisa lebih rendah dari angka tersebut.

Dengan dana terbatas, sambungnya, pemerintah harus pandai memilih sektor prioritas dalam pengucuran stimulus. Menurutnya, bidang-bidang yang diberikan stimulus mesti memiliki multiplier effect sehingga penyerapan tenaga kerjanya lebih banyak.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper