Bisnis.com, JAKARTA - Menteri Keuangan Sri Mulyani menegaskan kontribusi sektor manufaktur harus kembali ditingkatkan terutama dari sisi transformasi ekonomi. Menurut mantan petinggi Bank Dunia tersebut, salah satu yang bisa diandalkan adalah kendaraan bermotor.
“Indonesia dengan negara domestik market besar beri keuntungan namun juga memberi tantangan,” katanya saat rapat kerja dengan DPR, Senin (15/3/2021).
Kelebihan tersebut, lanjut Sri Mulyani, ditopang oleh pasar domestik dan banyaknya kucuran modal baik dari dalam maupun luar negeri. Akan tetapi itu tidak serta-merta membuat Indonesia bisa bersaing di pasar global.
Oleh karena itu, perlu diberi penyeimbang agar jual-beli di Tanah Air menciptakan ekonomi yang bagus. Dengan begitu, industri yang tumbuh di Indonesia tidak hanya memberi nilai tambah untuk domestik, tapi juga kompetitif dalam skala global.
“Sektor otomotif ini salah satu sektor manufaktur yang penting dan selalu merupakan salah satu faktor yang dindentifikasi kemampuannya untuk ikut transformasi keseluruhan sektor manufaktur di dalam perekonomian,” jelasnya.
Manufaktur perlu ditingkatkan kembali karena pernah memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap produk domestik bruto (PDB). Awal tahun 2000 saat terjadi era industrialisasi, sektor tersebut berperan sebesar 30 persen.
Baca Juga
Setelah itu melandai dan terus turun. Tahun lalu, kontribusinya 19,9 persen terhadap ekonomi Indonesia.
Sektor tersebut, terang Sri Mulyani, telah tergantikan oleh jasa. Di awal era milenium terus mengalami kenaikan tapi tidak memberi nilai tambah yang tinggi. Tahun lalu kontribusinya 44,4 persen terhadap PDB. Karena tinggi tapi minim nilai tambah, sektor jasa tidak memberi kemakmuran yang lebih baik kepada masyarakat.
“Banyak faktor fundamendal yang menjadi penyebab seperti EODB [ease of doing business] dan iklim investasi. Namun, dari sisi produktivitas dan inovasi di Indonesia serta kemampuan untuk mengadaptasi dan memanfaatkan teknologi, masih sangat kurang atau kurang kompetitif dari negara lain,” katanya.