Cari berita
Bisnis.com

Konten Premium

Bisnis Plus bisnismuda Koran Bisnis Indonesia tokotbisnis Epaper Bisnis Indonesia Konten Interaktif Bisnis Indonesia Group Bisnis Grafik bisnis tv

Sojitz Siap Investasi Rp71,9 Triliun ke Teluk Bintuni

Sojitz Corporation berniat mengembangkan industri methanol dan ammonia di Kawasan Industri Teluk Bintuni dengan investasi mencapai Rp71,9 triliun.
Rahmad Fauzan
Rahmad Fauzan - Bisnis.com 13 Maret 2021  |  13:29 WIB
Sojitz Siap Investasi Rp71,9 Triliun ke Teluk Bintuni
Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita. - Kemenperin

Bisnis.com, JAKARTA - Sojitz Corporation, perusahaan industri kimia asal Jepang, membuka peluang untuk melakukan pengembangan industri methanol di Indonesia. Pengembangan tersebut diperkirakan menyerap investasi senilai US$5 miliar atau setara dengan Rp71,9 triliun.

Hal tersebut disampaikan oleh Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita dalam pertemuannya dengan perusahaan industri kimia Sojitz Corporation untuk membahas pengembangan industri methanol di Indonesia.

“Dalam pertemuan, Sojitz menyatakan ketertarikan untuk mengembangkan industri methanol dan ammonia di Kawasan Industri Teluk Bintuni yang akan menyerap investasi sekitar US$5 miliar” kata Agus dalam siaran pers, Sabtu (13/3/2021).

Menurut Agus, pengembangan industri methanol di Indonesia perlu digenjot mengingat kebutuhan methanol yang semakin meningkat. Sebab, jelasnya, ndustri methanol memegang peranan yang sangat penting bagi pengembangan industri di hilirnya.

Lebih jauh, Agus menyampaikan kepada Presiden dan CEO Sojitz Corporation, Fujimoto Masayoshi, proyek Bintuni masuk sebagai Proyek Strategis Nasional (PSN), sehingga akan memperoleh kemudahan serta berbagai insentif dari Pemerintah.

“Proyek petrokimia di Teluk Bintuni akan menjadi yang terbesar dengan luas sekitar 2.000 Hektare. Kami akan membahasnya lebih lanjut pada kunjungan selanjutnya pada Mei mendatang,” sambung.

Sebagai informasi, bisnis Sojitz Corporation di Indonesia meliputi, perusahaan Kaltim Methanol Industri (KMI) di Bontang, Kalimantan Timur yang merupakan satu-satunya produsen methanol di Indonesia. Perusahaan tersebut berkapasitas produksi 660.000 metrics ton per tahun.

Dengan kebutuhan methanol di dalam negeri yang mencapai sekitar dua juta ton, kata Agus, maka pembangunan pabrik methanol baru amat dibutuhkan.

Adapun, sejumlah bahan baku methanol yang dinilai sangat dibutuhkan, antara lain dalam industri tekstil, plastik, resin sintetis, farmasi, insektisida, plywood. Methanol juga sangat berperan sebagai antifreeze dan inhibitor dalam kegiatan migas.

Selain itu, methanol merupakan salah satu bahan baku untuk pembuatan biodiesel. Sebagaimana diketahui, jelasnya, permintaan terhadap methanol juga meningkat seiring dengan penerapan B30 pada 2020.

Kawasan industri Bintuni dikembangkan secara multiyear dengan menggunakan KPBU (Kerja sama Pemerintah Badan Usaha). Pembangunan infrastruktur di kawasan tersebut ditargetkan terlaksana tahun ini dan dilanjutkan dengan pembangunan pabrik-pabrik pada 2022, sehingga tenant bisa mulai berproduksi pada 2024.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini, di sini :

manufaktur
Editor : Rio Sandy Pradana

Artikel Terkait



Berita Lainnya

    Berita Terkini

    back to top To top