Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

SWF Bakal Danai Pengembangan Dua Bandara Ini

SWF Dikabarkan bakal masuk ke dalam proyek Bandara Hasanuddin di Makassar dan Perluasan Bandara Soekarno – Hatta. Berikut ini tanggapan AP I dan AP II.
Sejumlah pesawat terpakir di Bandara Soekarno Hatta, Tangerang, Banten, Jumat (24/4/2020). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti
Sejumlah pesawat terpakir di Bandara Soekarno Hatta, Tangerang, Banten, Jumat (24/4/2020). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti

Bisnis.com, JAKARTA – Dua proyek pengembangan bandara, yakni Bandara Hasanuddin di Makassar dan Perluasan Bandara Soekarno – Hatta masuk dalam daftar pembiayaan yang bakal dilakukan oleh Lembaga Pengelola Investasi (LPI) atau yang sering disebut dengan Sovereign Wealth Fund (SWF).

Terkait dengan hal tersebut, VP Corporate Secretary AP I Handy Heryudhitiawan mengatakan belum dapat memastikan apakah proyek tersebut akan sepenuhnya diusulkan ke dalam struktur pembiayaan lewat LPI. Namun yang jelas, AP I masih akan mengandalkan proyek-proyek bandara dengan alternatif yang sama seperti sebelumnya, yakni dana internal hingga pinjaman perbankan dan obligasi.

"Sejauh ini tim keuangan belum memastikan. Namun kalau dilihat dari data [INA] memang masih potensi, artinya memang untuk pengembangan saat ini [API], Belanja modal masih menggunakan sumber pendanaan internal tetapi juga pinjaman perbankan untuk investasi," ujarnya, Jumat (12/3/2021).

Sebagai gambaran pada 2021 ini API mengalokasikan belanja modal atau capex senilai Rp5,4 triliun. Hal ini akan digunakan untuk reengineering infrastruktur jaringan data, pemenuhan fasilitas sisi udara, overlay dan perpanjangan runway serta taxiway di Bandara Juanda dan Bandara Lombok. Selain itu juga sejumlah proyek perluasan bandara.

Bandara berkode UPG juga menjadi salah satu dari empat bandara yang pengembangannya ditargetkan rampung pada tahun ini. Hingga awal Maret 2021, progres pengembangan Bandara Sultan Hasanuddin Makassar telah mencapai 62,28 persen dan ditargetkan dapat selesai pada Mei 2021.

Pengembangan bandara meliputi perluasan terminal yang mencapai 166.815 meter persegi sehingga dapat menampung 15 juta penumpang per tahun dari luasan terminal eksisting 51.815 meter persegi dengan kapasitas 7 juta penumpang per tahun.

Selain itu, apron juga diperluas menjadi 385.346 meter persegi (kapasitas 53 parking stand) dari luasan eksisting yang hanya 185.500 meter persegi (kapasitas 42 parking stand).

“Terkait proyek-proyek tersebut, kami optimis saat pandemi berakhir maka terjadi rebound penerbangan dan melipatgandakan penumpang pesawat udara,” tekannya.

Sementara itu PT Angkasa Pura II belum dapat memastikan skema pembiayaan terkait dengan proyek perluasan di Bandara Soekarno -Hatta kedepannya.

Senada, VP Corporate Communication PT Angkasa Pura II Yado Yarismano tak memberikan keterangan lebih jauh terkait dengan proyek bandara Soekarno – Hatta yang diisukan bakal dibiayai lewat LPI tersebut.

"Belum ada kejelasan terkait dengan proyek yang dibiayai oleh SWF," ujarnya.

Saat ini terdapat dua terminal yang beroperasi di Bandara dengan kode CGK tersbut, yakni 2D dan 2E sementara Terminal 3. Manajemen tengah merevitalisasi Terminal 1C dan Terminal 2F guna meningkatkan kapasitasnya masing-masing.

"Ada rencana pembiayan proyek bandara yang memang kami dorong lewat SWF. Kami meamng diminta. Tapi daftarnya memang masih kami finalkan," ujar Dirjen Perhubungan Udara Novie Riyanto.

Sebelumnya Wakil Menteri Badam Usaha Milik Negara (BUMN) Kartika Wirjoatmodjo mengatakan untuk sektor bandara, pemerintah bekerja sama dengan INA, yang juga disebut sebagai Sovereign Wealth Fund (SWF), membawa mitra baru untuk proyek pengembangan beberapa bandara agar menjadi hub dalam negeri melalui peningkatan efisiensi operasional.

Pada tahap awal, pemerintah menggaet investasi untuk Bandara Soekarno-Hatta, Bandara Cargo Village di Jakarta, dan Bandara Hasanuddin di Makassar.

"Untuk melancarkan upaya pembangunan dengan hasil yang terbaik, kami bekerja sama dengan Kementerian Perhubungan dalam mengakomodir struktur konsorsium INA, sementara mereka berinvestasi di bandara," kata Kartika yang akrab disapa Tiko.

Tiko pun menekankan kehadiran INA bertujuan memberikan pilihan kepada para investor untuk menanamkan modal di Indonesia. Investor dapat berinvestasi melalui pembelian saham, pembelian surat berharga negara, berinvestasi melalui BKPM, dan juga bisa melalui partnership.

Target penyerapan investasi periode pertama INA adalah infrastruktur transportasi, karena sektor ini disiapkan untuk menjaga peningkatan demand atau permintaan saat ekonomi pulih.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper