Bisnis.com, JAKARTA — Kementerian Perindustrian menyebut akan terus melakukan pembinaan dan pendampingan bagi IKM yang terdampak pandemi Covid-19, baik melalui kegiatan di pusat maupun bekerjasama dengan dinas provinsi melalui dana dekonsentrasi.
Adapun selama pandemi tahun lalu, Kemenperin mencatat sejumlah dampak pada IKM yang cukup signifikan, di antaranya penurunan omset sejumlah IKM yang mencapai 50 persen.
Direktur Jenderal Industri Kecil Menengah dan Aneka (IKMA) Kementerian Perindustrian Gati Wibawaningsih mengatakan pada masa pandemi ini pemerintah akan fokus memanfaatkan era digitalisasi Making Indonesia 4.0 melalui program e-smart IKM, smart sentra, smart packaging center, smart material center dan smart IKM.
"Kami mendorong agar semakin banyak IKM yang go online, melakukan transaksi digital, dan atau terhubung dengan marketplace yang ada," katanya kepada Bisnis, Minggu (7/3/2021).
Gati menyebut upaya lain yang dilakukan yakni dengan melibatkan pengusaha dalam Gerakan Nasional Bangga Buatan Indonesia yang telah diluncurkan Presiden Joko Widodo pada 2020 di mana salah satu tujuannya adalah mendorong digitalisasi IKM.
Kemenperin juga melakukan penguatan teknis produksi kepada para pelaku IKM melalui pelaksanaan pendampingan, sertifikasi produk, fasilitasi penguatan teknologi melalui program restrukturisasi mesin atau peralatan produksi, serta pendampingan membuat kemasan pangan yang menarik.
"Kami berharap IKM dan artisan Indonesia tahun ini semakin kreatif dan berani untuk menghasilkan produk-produk yang inovatif, menjawab permasalahan terkini, dan tetap berkarakter Indonesia. Jadi, produk buatan Indonesia layak untuk bersaing di pasar global, tak hanya dilirik tapi juga memiliki jangkauan ekspor yang berkesinambungan," ujarnya.
Gati mengatakan upaya untuk mendorong IKM sangat bergantung pada pasar dan kesempatan untuk memasok produk pada industri besar.
Baca Juga
Menurutnya, inovasi dari produk IKM pun kini tidak boleh dipandang sebelah mata dan harus didukung. Hal ini dibuktikan dengan kehadiran sejumlah IKM mampu membuat baterai portable kendaraan meski masih membutuhkan dorongan agar terus berkembang.
Adapun selama periode 2015-2019 Kemenperin telah menyalurkan bantuan restrukturisasi mesin dan peralatan dengan total nilai penggantian sebesar Rp46 miliar kepada 427 pelaku IKM. Adapun, tahun lalu Kemenperin memberikan alokasi anggaran untuk program tersebut dengan anggaran Rp6,5 miliar.
Namun, hingga tahun lalu subsidi restrukturisasi mesin sebesar 35 persen untuk mesin lokal dan 25 persen untuk impor. Sementara mulai tahun ini anggaran dinaikkan menjadi 40 persen untuk mesin lokal dan tetap 25 persen untuk impor.
Gati berpendapat adopsi teknologi sederhana oleh IKM menjadi penting untuk meningkatkan produktivitas. Penyebabnya, produktivitas IKM saat ini masih sekitar 21,22 persen, sedangkan IKM mendominasi kontribusi pada total unit usaha industri maupun serapan tenaga kerja industri.