Bisnis.com, JAKARTA – Pasar properti di Dubai, Uni Emirat Arab, terancam semakin jatuh tahun depan setelah melewati 2020 yang sulit akibat pandemi Covid-19, kata S&P Global Ratings.
"Properti Dubai sudah mengalami ketidakseimbangan penawaran dan permintaan di pasar bahkan sebelum pandemi, dan setelah Covid-19 situasinya semakin buruk," kata analis S&P Sapna Jagtiani.
“Harga perumahan dan ruang perkantoran di kota itu diprediksi mencapai titik terendah pada 2022,” tambahnya.
Berlimpahnya pasokan properti dan permintaan yang goyah di pusat bisnis Timur Tengah itu menekan harga turun lebih dari sepertiga sejak pasar mencapai puncaknya sekitar 7 tahun lalu. Penurunan itu diperparah oleh pandemi virus korona.
Konsultan properti JLL mengatakan pada Januari bahwa pengembang Dubai kemungkinan akan melanjutkan momentum pasokan yang tinggi tahun ini, yang berpotensi menekan harga selama 2 tahun ke depan.
Kepala Damac Properties PJSC, salah satu pengembang terbesar di Dubai, mengatakan bulan lalu akan memerlukan setidaknya 1 hingga 2 tahun bagi pasar real estat untuk keluar dari keterpurukannya.
Dubai telah mengalami penyusutan populasi paling tajam di Teluk tahun lalu, sementara produk domestik bruto menyusut sekitar 11 persen, demikian perkiraan S&P.
Pada Desember tahun lalu, Emaar Properties, developer terbesar di Dubai, mengemukakan telah menghentikan proyek baru, padahal mereka selama bertahun-tahun sebelumnya menolak seruan untuk menghentikan konstruksi, bahkan ketika properti baru membanjiri pasar dan menekan harga.
Pada akhir bulan lalu, muncul pula infoirmasi bahwa proyek Trump World Golf Club di Dubai, milikmantan Presiden Amerika Serikat Donald Trump, tertunda.