Bisnis.com, JAKARTA – Banjir yang melanda Jakarta dan sekitarnya pada Minggu (21/2/2021) diyakini tidak akan menurunkan harga rumah, menurut Senior Associate Director Research Colliers International Indonesia Ferry Salanto.
“Tidak ada dampak dari banjir terhadap harga properti. Banjir ini sesuatu yangg sudah rutin. Masyarakat sudah terbiasa,” ungkapnya kepada Bisnis di Jakarta pada Selasa (23/1/2021).
Ferry memberikan contoh perumahan di Kelapa Gading, Jakarta Utara. Meskipun sering terendam banjir, warga di daerah itu enggan pindah. “Bisnis propertinya sudah mature. Jadi, orang nggak akan melepas propertinya dengan harga murah.”
Di sisi lain, daya beli masyarakat menengah atas untuk memiliki properti dengan kisaran harga Rp1 miliar hingga Rp2 miliar masih besar. “Potensinya masih tinggi, tinggal mereka sekarang menentukan pilihan mau sekarang atau nanti [membeli properti].”
Penundaan pembelian, lanjutnya, cenderung disebabkan mereka yang hendak berinvestasi atau menyewakan kembali properti terutama apartemen, tidak mau menanggung beban seperti service charge akibat sulit menemukan penyewa.
Di sisi lain, masalah untuk masyarakat menengah ke bawah adalah daya beli yang rendah. Kalau pun daya belinya masih memadai untuk saat ini, ada kekhawatiran gagal membayar cicilan KPR untuk jangka panjang, mengingat kondisi pandemi yang tak pasti kapan akan berakhir.
“Perusahaan tempat mereka bekerja belum tentu tetap mampu memberikan gaji dengan jumlah yang stabil. Belum lagi ancaman PHK atau perusahaannya tutup,” tutur Ferry.
Sementara itu, ketika ditanyakan mengenai dampak kebijakan uang muka (down payment/DP) 0 persen, Ferry berpendapat yang penting bagaimana perbankan menurunkan suku bunga hingga mendekati BI-7 Day Reverse Repo Rate (BI7DRR).
Masalahnya, kata Ferry, Bank Indonesia hanya bisa mengimbau perbankan (moral suasion) untuk menurunkan level suku bunga mereka, tidak dapat memaksa. “Memang ada yang memberikan bunga 5 persen, tetapi itu biasanya karena ada momen tertentu seperti bank itu merayakan ulang tahunnya.”