Bisnis.com, JAKARTA - Presiden Joko Widodo memperkirakan Sovereign Wealth Fund (SWF) atau Indonesia Investment Authority (INA) mampu meraup dana sebesar US$10 Miliar atau sekitar Rp140,38 triliun (kurs Rp14.038 per US$1) dalam waktu enam bulan.
Hal itu disampaikan presiden dalam pertemuan dengan pemimpin redaksi sejumlah media massa di Istana Merdeka, Rabu (17/2/2021). Menurutnya, pendanaan itu bisa didapatkan baik dari dalam maupun luar negeri.
Bahkan, Jokowi memperkirakan nilai pendanaan yang dihimpun INA mampu mencapai Rp2.808 triliun dalam kurun dua tahun ke depan.
"Perkiraan saya, INA bisa meraup dana sebesar US$10 miliar baik dari dalam negeri maupun luar negeri dalam waktu 6 bulan. Dalam 2 tahun, US$200 miliar," ujarnya.
Dengan realisasi itu, jelas Jokowi, problem pendanaan yang selama ini mengadang bisa diselesaikan. Dengan kehadiran INA, dia meyakini pengembangan proyek strategis bisa direalisasikan.
Salah satu strategis yang bisa diwujudkan, kata Jokowi, adalah lumbung pangan atau food estate. Selain itu, jelas dia, pembangkit listrik tenaga air atau hydropower juga menjadi proyek strategis lain yang bisa didanai oleh INA.
"Dengan dana sebesar itu, banyak hal yang bisa kita garap. Selama ini persoalan kita, banyak proyek, tetapi dana tidak ada. Nah, INA menjadi bridging untuk mewujudkan proyek-proyek strategis yang kita rencanakan," jelasnya.
Jokowi mengakui Indonesia cukup tertinggal dibandingkan dengan negara lain dalam pengembangan SWF. Negara lain, seperti Uni Emirat Arab, Singapura, dan bahkan Timor Leste sudah memiliki lembaga serupa.
"Padahal ini alternatif pembiayaan selain APBN. Kalau ini dikelola dengan baik, potensinya gede sekali," ungkapnya.
Adapun kemarin, Selasa (16/2/2021), Presiden Joko Widodo akhirnya mengumumkan Dewan Direksi SWF atau Lembaga Pengelola Investasi (LPI/INA) tersebut setelah tiga pekan lalu melantik dewan pengawas.