Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Jokowi Umumkan Bos SWF, DPR Wanti-Wanti Pengelolaan Dana

Hendrawan Supratikno mengatakan direksi Sovereign Wealth Fund (SWF) atau Indonesia Investment Authority (INA) harus pandai mengelola aliran dana yang masuk dan aset.
Pegawai menunjukan uang dolar dan rupiah di Jakarta, Senin (15/2/2021). Bisnis/Himawan L Nugraha
Pegawai menunjukan uang dolar dan rupiah di Jakarta, Senin (15/2/2021). Bisnis/Himawan L Nugraha

JAKARTA -- Presiden Joko Widodo akhirnya mengumumkan Dewan Direksi Sovereign Wealth Fund (SWF) atau Lembaga Pengelola Investasi (LPI) setelah tiga pekan lalu melantik dewan pengawas. Para bos atau pimpinan SWF tersebut kini memiliki tantangan yang harus dihadapi. 

Anggota Komisi Keuangan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Hendrawan Supratikno mengatakan direksi lembaga yang dinamai Indonesia Investment Authority (INA) itu harus pandai mengelola aliran dana yang masuk dan aset yang ada sedemikian rupa.

“[SWF Indonesia] menghasilkan imbalan yang tinggi. Sifat modal atau kapital di mana pun sama, lebih menyukai imbalan yang lebih tinggi,” katanya saat dihubungi, Selasa (16/2/2021).

Hendrawan menjelaskan direksi INA yang baru saja terpilih harus bekerja dengan hati-hati. Pasalnya, pemodal besar selalu menuntut perlakuan dan pelayanan yang lebih istimewa.

Jika tidak diperlakukan dengan hati-hati, lanjutnya, para investor tersebut bakal kabur atau angkat kaki dari Indonesia. 

“Jangan sampai karena kita tergoda untuk memberikan lahan imbalan yang terus menerus lebih menarik, terjadi efek crowding-out. Modal-modal dari dalam negeri tergeser masuk ke lahan investasi yang kalah menarik. Bukan lahan subur, tapi lahan gambut,” jelasnya.

Sebelumnya, Presiden Joko Widodo menargetkan dana awal SWF dapat dihimpun sebesar US$20 miliar. Menteri Koordinator Bidang Perekonomian (Menko Perekonomian) Airlangga Hartarto menjelaskan bahwa saat ini sudah ada beberapa investor yang menunjukkan ketertarikan untuk bermitra dengan SWF.

“Ketertarikan itu melalui letter of interest [surat berminat] dan komitmen seperti US DFC [United States International Development Finance Corporation] dengan komitmen sekitar US$2 miliar, JBIC [Japan Bank for International Cooperation] sekitar US$4 miliar, dari CDPQ Kanada, dan lain-lain,” jelasnya, Rabu (3/2/2021).

Berdasarkan paparan Airlangga, konsep pendanaan SWF terdiri atas dua jenis, yaitu master fund dan thematic fund. Untuk yang pertama, ada US DFC yang sudah mengirim surat ketetarikan. Lalu, JBIC yang sudah mengirim MoM dan Abu Dhabi Investment Authority (ADIA) yang masih menunda formasi.

Sementara itu, thematic fund terdiri atas CDPW Kanada yang mengirim surat ketertarikan komitmen informal mencapai US$2 miliar, APG Netherland dengan surat ketertarikan potensial US$1,5 miliar, GIC Singapore kemungkinan mengikuti diskusi, dan Macquarie yang menawarkan sebagai manajer pendaan dengan kontribusi potensial US$300 miliar.

Presiden Joko Widodo (Jokowi) resmi menunjuk dewan direksi Lembaga Pengelola Investasi (LPI) atau Indonesia Investment Authority (INA) pada Selasa (16/2/2021).

Kelima dewan direksi INA yang ditunjuk di antaranya Ridha Wirakusumah sebagai CEO, Arief Budiman sebagai Wakil Ketua Dewan Direktur, Stefanus Ade Hadiwidjaja sebagai Direktur Investasi, Marita Alisjahbana sebagai Direktur Risiko, dan Eddy Porwanto Poo sebagai Direktur Keuangan.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper