Bisnis.com, JAKARTA - Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) resmi memilih Ngozi Okonjo-Iweala untuk menjadi wanita pertama dan orang Afrika pertama sebagai pemimpinnya.
WTO resmi menugaskan mantan menteri keuangan Nigeria untuk memulihkan kepercayaan pada sistem perdagangan global berbasis aturan yang saat ini diguncang oleh proteksionisme dan pandemi.
Selama pertemuan virtual pada hari Senin (15/2/2021), 164 anggota WTO dengan suara bulat memilih ekonom pembangunan berusia 66 tahun itu untuk menjalani masa jabatan empat tahun sebagai direktur jenderal mulai 1 Maret 2021.
Okonjo-Iwaela dapat berupaya memperbarui masa jabatannya setelah berakhir pada 31 Agustus 2025. Setelah veto pencalonannya sempat ditahan oleh pemerintahan Trump yang sekarang digantikan, Okonjo-Iweala mengambil alih kepemimpinan WTO yang berbasis di Jenewa di momen yang genting bagi ekonomi dunia. Pasalnya, organisasi itu sendiri terperosok dalam keadaan disfungsi.
Okonjo-Iwaela memegang peran sebelumnya sebagai ketua Aliansi Global untuk Vaksin dan Imunisasi setelah berkarir di sektor publik di bidang keuangan internasional, termasuk dua periode sebagai menteri keuangan Nigeria dan sekitar 25 tahun bekerja di Bank Dunia. Dia memiliki kewarganegaraan ganda, yakni Nigeria dan AS. Dengan demikian, dia juga menjadi orang Amerika pertama yang memegang jabatan teratas organisasi.
Menavigasi jurang yang tumbuh antara China dan negara-negara barat yang berpendapat bahwa masuknya China ke dalam organisasi tersebut pada tahun 2001 gagal mengubahnya menjadi ekonomi pasar akan menjadi tantangan utama Okonjo-Iwaela.
Baca Juga
Delegasi AS untuk WTO mengatakan pihaknya berkomitmen untuk bekerja sama dengan Direktur Jenderal Okonjo-Iweala dan dia dapat mengandalkan Amerika Serikat untuk menjadi mitra yang konstruktif.
“Dr. Okonjo-Iweala telah berjanji bahwa di bawah kepemimpinannya WTO tidak akan melakukan bisnis seperti biasa, dan kami sangat senang dan yakin bahwa dia memiliki keterampilan yang diperlukan untuk memenuhi janji ini,” ujar delegasi AS.
Delegasi China untuk WTO, dalam sebuah pernyataan, mengatakan WTO berada pada momen kritisnya dan harus dapat segera menyampaikan Keputusan kolektif yang dibuat oleh seluruh anggota.
"Ini menunjukkan suara kepercayaan tidak hanya pada Dr. Ngozi sendiri, tetapi juga pada visi kami, harapan kami, dan sistem perdagangan multilateral yang kami yakini dan pertahankan,” ujar delegasi China.
Selama kampanyenya, Okonjo-Iweala mengakui perlunya membangun kembali kepercayaan antara AS dan China sambil mencoba menemukan bidang yang menjadi minat bersama. Dia juga mendukung inisiatif yang sedang berlangsung di antara AS, UE, dan Jepang yang bertujuan mengembangkan disiplin baru untuk subsidi industri, perusahaan milik negara, dan transfer teknologi paksa.
Dalam jangka pendek, Okonjo-Iweala akan menghadapi beberapa isu penting. Pertama, kesepakatan multilateral untuk mengekang subsidi penangkapan ikan yang berbahaya.
Kedua, negosiasi untuk mengatur pasar e-commerce global senilai US$26 triliun, yang dapat mengurangi hambatan lintas batas bagi perusahaan teknologi AS. Ketiga, pembicaraan moderat untuk mengatasi kelumpuhan badan banding WTO, forum yang seharusnya berfungsi untuk menyelesaikan perselisihan perdagangan internasional.