Bisnis.com, JAKARTA — Ketua Badan Anggaran DPR Said Abdullah mengkritisi lemahnya peran lembaga-lembaga internasional seperti World Trade Organization/WTO, Dana Moneter Internasional/IMF, dan Bank Dunia dalam merespons praktik unilateral Amerika Serikat yang kembali gencar menaikkan tarif perdagangan.
Said menilai ketiga lembaga global tersebut telah kehilangan fungsinya sebagai wasit ekonomi dunia yang adil dan imparsial.
“Kalau memang dunia sudah tidak memerlukan keberadaan lembaga-lembaga internasional tersebut, lebih baik dibubarkan,” ujar Said dalam pernyataan tertulis, Selasa (23/7/2025).
Dia melihat bahwa sejak perang dagang Amerika Serikat (AS)-China pecah pada 2018, tatanan perdagangan global justru makin tidak beraturan. Situasi tersebut diperparah oleh kebijakan proteksionis yang dilakukan AS secara sepihak, termasuk terhadap negara-negara berkembang.
Masalahnya, sambung legislator dari Fraksi PDI Perjuangan itu, WTO justru tidak bersuara menghadapi langkah AS yang menyalahi prinsip dasar perdagangan bebas.
“Kenapa WTO diam? Diamnya WTO makin menegaskan bahwa kelembagaan ini hanya diperlukan bila sejalan dengan kepentingan negara-negara maju seperti AS,” kata Said.
Baca Juga
Dia mengingatkan bahwa prinsip awal dibentuknya WTO pada 1995 yaitu untuk mendorong perdagangan bebas yang non diskriminatif, transparan, dan adil bagi seluruh negara. Hanya saja, seiring berjalannya waktu, peran WTO justru melemah saat negara-negara maju mulai kalah bersaing.
Said mencatat bahwa hingga kini terdapat 631 kasus sengketa perdagangan internasional yang pernah disidangkan di WTO, dengan 503 kasus di antaranya masuk tahap banding. Anehnya, dalam kasus terbaru perang tarif AS, tidak satu pun negara menggugat ke WTO.
“Semua negara ramai-ramai berunding dengan AS dalam posisi tawar yang lemah. Jadinya bukan berunding, tetapi mengiba belas kasih,” ucapnya.
Dia memuji sikap China yang tetap konsisten meladeni AS di medan perang tarif. Bahkan, lanjutnya, China kini berhasil mengungguli AS dalam total perdagangan global yaitu mencapai US$6.164 miliar sepanjang 2024, dibandingkan AS yang hanya US$5.424 miliar.
Di tengah meredupnya peran WTO, Said menyerukan agar negara-negara berkembang bersatu memperkuat kembali lembaga-lembaga internasional tersebut. Jika tidak maka dia menilai pendekatan bilateral dan regional seperti melalui G20, BRICS, atau Asean justru menjadi opsi yang lebih realistis.
"Masih ada secercah harapan, mari kita bergandengan lebih erat, membulatkan tekad, kuatkan dan sempurnakan kembali WTO, IMF, dan Bank Dunia sebagai jalur penyelesaian internasional yang lebih adil,” tutup Said.