Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

RI Dorong Reformasi WTO dalam Agenda KTT BRICS 2025

Menko Perekonomian Airlangga Hartarto mendorong reformasi World Trade Organization (WTO) dalam KTT BRICS 2025.
Suasana di depan gedung WTO di Jenewa, Swiss, tempat berlangsungnya KTM ke-12 WTO./Bisnis-Maria Yuliana Benyamin
Suasana di depan gedung WTO di Jenewa, Swiss, tempat berlangsungnya KTM ke-12 WTO./Bisnis-Maria Yuliana Benyamin

Bisnis.com, JAKARTA — Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menegaskan bahwa reformasi World Trade Organization (WTO) menjadi kunci penting bagi terciptanya multilateralisme yang adil dan efektif.

Hal ini disampaikan Airlangga usai mendampingi Presiden Republik Indonesia Prabowo Subianto dalam sesi pleno Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) BRICS 2025 yang digelar di Museum of Modern Art (MAM), Rio de Janeiro, Brasil, Minggu (6/7/2025).

Menjawab pertanyaan soal bagaimana posisi Indonesia dan BRICS dalam mendorong reformasi multilateralisme, khususnya di tengah anggapan bahwa BRICS lebih banyak menyuarakan kepentingan Rusia dan China, Airlangga menyoroti pentingnya pembenahan lembaga perdagangan dunia.

“WTO itu menjadi sangat penting, dan sudah disampaikan oleh Direktur Jenderal Ngozi dalam pertemuan di OECD informal Menteri, juga diulangi lagi tadi. Prinsipnya, reformasi WTO sangat penting, apalagi dalam beberapa tahun terakhir WTO tidak punya dispute settlement body. Setiap kali akan dibentuk, itu ter-veto,” ujar Airlangga dikutip melalui Youtube Sekretariat Presiden, Senin (7/7/2025). 

Menurut Airlangga, ketiadaan mekanisme penyelesaian sengketa membuat posisi WTO makin lemah, sehingga reformasi mendesak diperlukan untuk menjaga agar sistem perdagangan multilateral tetap berjalan.

“Ini menjadi kepentingan semua negara untuk memperbaiki mekanisme yang ada. Oleh karena itu, menuju Ministerial Meeting ke-14, seluruh duta besar negara anggota WTO diharapkan sudah punya proposal, supaya pertemuan nanti tidak gagal lagi,” jelasnya. 

Airlangga juga mengingatkan bahwa kegagalan WTO untuk berfungsi optimal akan memicu pergeseran global dari multilateralisme menuju pola regionalisme, bilateralism, atau bahkan unilateralism yang berpotensi merugikan negara berkembang.

“Karena kalau WTO tidak berhasil, maka kita tidak bisa bicara mengenai multilateralisme,” pungkas Airlangga.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Akbar Evandio
Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper