Bisnis.com, JAKARTA – Peluang Indonesia dalam memaksimalkan perundingan Regional Comprehensive Economic Partnership (RCEP) dinilai cukup besar. Tetapi, peluang tersebut tidak dapat diraih tanpa menyertakan extra effort dalam implementasinya.
Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Hariyadi Sukamdani mengatakan peluang Indonesia dalam memaksimalkan pakta dagang tersebut dapat diukur dari potensi besar sumber daya alam serta industri pengolahan yang dinilai prospektif.
Namun demikian, lanjutnya, pelaku usaha di Tanah Air dinilai masih kurang sabar dalam menunggu momen yang tepat, terutama di sektor ekspor.
"Misalnya, benur udang. Orang kita tidak pernah sabar. Benur-lah yang diekspor, padahal kalau sabar sedikit nilai tambahnya bisa berkali-kali lipat. Itu untuk produk yang tinggal nyomot saja dari laut. Itu pun tidak bisa mengelola," ujar Hariyadi kepada Bisnis, Senin (15/2/2021).
Apabila gagal memaksimalkan potensi yang ada, Hariyadi mengatakan salah satu konsekuensinya adalah pemanfaatan perundingan yang justru lebih banyak dirasakan oleh negara-negara yang mempunyai modal besar, seperti China, Korea Selatan, dan Jepang.
Terkait dengan hal tersebut, pemerintah diharapkan mendorong iklim ekspor Tanah Air dengan memberikan perhatian khusus, salah satunya melalui insentif yang dapat membuat pelaku usaha dalam negeri bergerak secara agresif.
Baca Juga
"Pasalnya, Indonesia punya potensi di kecepatan pengirimandan kemampuan membaca pasar yang seharusnya membuat upaya pemanfaatan RCEP menjadi lebih mudah. Asalkan, insentif yang diberikan nendang," sambungnya.