Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Manfaat RCEP Belum Bisa Dirasakan Tahun Ini, Ini Kata Eksportir

Potensi positif dari RCEP terhadap perekonomian dan perdagangan di Indonesia juga diikuti oleh tantangan di depan.
Implementasi RCEP melibatkan enam negara mitra, yakni China, Jepang, Korea Selatan, Australia, Selandia Baru, dan India. /Asean.org
Implementasi RCEP melibatkan enam negara mitra, yakni China, Jepang, Korea Selatan, Australia, Selandia Baru, dan India. /Asean.org

Bisnis.com, JAKARTA – Eksportir di Indonesia menyebut Regional Comprehensive Economic Partnership (RCEP) belum bisa memberikan efek terhadap perdagangan tahun ini. Di tengah kondisi tersebut, tantangan yang cukup berat pun diperkirakan telah menanti.

Menurut Ketua Umum Gabungan Pengusaha Ekspor Indonesia (GPEI) Benny Soetrisno, belum tampaknya efek positif dari RCEP terhadap perdagangan RI tahun ini tidak terlepas dari proses ratifikasi yang tergantung kepada progres di parlemen masing-masing negara.

"Proses ratifikasi RCEP tergantung parlemen masing masing negara. Tidak ada yang bisa jawab pasti, selain jawaban kualitatif, yaitu secepatnya," kata Benny kepada Bisnis, Senin (15/2/2021).

Dia menambahkan ibarat pisau bermata dua, potensi positif dari RCEP terhadap perekonomian dan perdagangan di Indonesia juga diikuti oleh tantangan yang hanya bisa ditangani dengan strategi-strategi jitu dari pemerintah.

Salah satu tantangan yang sekarang ada di depan mata, sambung Benny, adalah nuansa proteksi yang kian meningkat dengan diperbanyaknya nontariff barrier oleh masing-masing negara peserta.

Kendati diyakini tidak akan memberikan efek pada tahun ini, Benny menilai masih terdapat peluang yang bisa dimanfaatkan Indonesia, yakni di sektor agrobisnis.

"Pasalnya, RCEP adalah jawaban dari  perundingan World Trade Organization [WTO] dalam bidang agrikultur yang masih belum berhasil," katanya.

Perlu diketahui, potensi ekonomi dibalik perjanjian ini setara dengan US$26 triliun jika mengacu kepada total PDB 15 negara yang tergabung di dalamnya, atau 28 persen dari nilai perdagangan dunia pada 2019. 


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper