Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Kemendag Fokus Jaga Ekspor Produk Utama

Agenda perluasan penetrasi ke negara nontradisional terus dikejar meski misi dagang tahun ini akan sangat bergantung pada kondisi penanggulangan Covid-19.
Pekerja memuat tandan buah segar (TBS) kelapa sawit, di Petajen, Batanghari, Jambi, Jumat (11/12/2020). ANTARA FOTO/Wahdi Septiawan
Pekerja memuat tandan buah segar (TBS) kelapa sawit, di Petajen, Batanghari, Jambi, Jumat (11/12/2020). ANTARA FOTO/Wahdi Septiawan

Bisnis.com, JAKARTA – Kementerian Perdagangan fokus meningkatkan ekspor tahun ini dengan mempertahankan kinerja 10 produk utama dan menjaga pasar ke pasar utama dan nontradisional.

Direktur Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional Kementerian Perdagangan Kasan menyebutkan ekspor 10 produk utama setidaknya menyumbang sampai 59,8 persen dari total ekspor nonmigas pada 2020. Di sejumlah destinasi ekspor utama pun, dia menyebut pangsa pasar produk-produk ini cukup besar.

“Jadi untuk kenaikan ekspor nonmigas kita maintain ke pasar utama dan produk utama. Di antara destinasi utama yang masih tumbuh ada China dan Vietnam, ke Vietnam misalnya neraca perdagangan kini surplus,” kata Kasan saat dihubungi, Selasa (9/2/2021).

Menanggapi hasil kajian dari Pusat Pengkajian Perdagangan Luar Negeri yang menyebutkan produk ekspor dengan market power didominasi barang komoditas, Kasan mengatakan kinerja perdagangan juga perlu melihat kinerja produk manufaktur ke tiap-tiap negara yang menyumbang surplus, di antaranya adalah ekspor otomotif RI ke Vietnam dan Filipina.

“Kalau melihat 10 produk ekspor terbesar pun sebenarnya yang masih komoditas ada CPO, karet, dan batu bara. Sementara lainnya sudah manufaktur, termasuk besi baja yang mengalami kenaikan ekspor tertinggi pada 2020,” sambungnya.

Hasil penelitian Pusat Pengkajian Perdagangan Luar Negeri menunjukkan hanya terdapat sekitar 37 produk ekspor di 33 negara akreditasi yang masuk kategori winning excellent, yakni produk dengan nilai ekspor di atas US$100.000, pangsa pasarnya lebih dari 25 persen, dan tren dalam lima tahun cenderung positif.

Sementar itu, 291 produk masuk kategori winning emerging dengan kriteria pangsa pasar di bawah 25 persen dan pertumbuhan positif. Produk dengan kekuatan pasar tinggi pun tercatat didominasi oleh produk komoditas seperti batu bara, karet, minyak sawit, kelapa, kakao, dan produk-produk hasil industri padat karya.

Selain menjaga kinerja 10 produk utama ke negara mitra dagang utama dan nontradisional, Kasan mengatakan fokus pengembangan ekspor juga akan menyasar skala usaha kecil dan menengah (UKM).

Kasan menjelaskan eksportir skala UKM dengan nilai ekspor di bawah Rp200 miliar per tahun mendominasi jumlah eksportir nasional. Tetapi, secara nilai kontribusinya baru mencapai 11 persen.

“Kalau merujuk data Kemenkop UKM ada 64 juta pelaku usaha kecil dan menengah, berarti ini potensinya besar sekali,” kata Kasan.

Kasan juga menyebutkan utilisasi kesepakatan dagang akan terus digenjot demi mendorong peningkatan ekspor. Agenda perluasan penetrasi ke negara nontradisional pun terus dikejar meski misi dagang pada tahun ini akan sangat bergantung pada kondisi penanggulangan Covid-19 dan vaksinasi di negara tujuan.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper