Bisnis.com, JAKARTA — Industri minuman ringan mencatat penurunan paling tajam sepanjang sejarah akibat pandemi Covid-19 tahun lalu. Hal itu sejalan dengan lumpuhnya kegiatan hotel, restoran, dan kafe (horeka) yang selama ini mendongkrak kinerja.
Ketua Asosiasi Industri Minuman Ringan (ASRIM) Triyono Pridjosoesilo mencatat pada tahun lalu volume produksi anjlok sekitar 24 persen menjadi 34 miliar liter dari volume produksi periode tahun sebelumnya sebesar 45 miliar liter.
Dengan angka produksi tersebut level utilisasi industri minuman ringan sepanjang pandemi juga hanya berkisar di angka 65 persen.
"Sampai Januari kemarin utilisasi masih sama, capaian tahun lalu memang terendah sepanjang saya mencatat kinerja biasanya kalau pun minus paling berkisar 1-3 persen mentok tetapi ini sampai 24 persen jadi luar biasa," katanya kepada Bisnis, Senin (8/2/2021).
Triyono mengemukakan secara industri makanan dan minuman mungkin pihaknya termasuk sektor yang relatif menjadi kebutuhan utama dan masih mencetak permintaan yang stabil tetapi nyatanya industri minuman ringan turun drastis.
Menurutnya, industri minuman ringan memang sejalan dengan kegiatan horeka. Artinya, jika industri itu lumpuh maka terbukti industri minuman ringan ikut kehilangan pangsa pasar yang selama ini menjadi andalan.
Baca Juga
"Belum lagi even-even juga tidak ada tahun lalu, saya belum merinci secara detil tetapi mayoritas dari teh, minuman ringan, dan minuman berkarbonasi semua turun," ujarnya.
Ketua Umum Asosiasi Perusahaan Air Minum Dalam Kemasan (Aspadin) Rachmat Hidayat mengatakan optimistis masih dapat mencatatkan pertumbuhan volume produksi yang positif pada 2020 di tengah industri minuman ringan yang turun.
Hal tersebut disebabkan oleh jenis kemasan yang hanya ada pada industri air minum dalam kemasan (AMDK), yakni kemasan galon. Seperti diketahui, ukuran galon memiliki volume sampai 19 liter, sedangkan ukurang botol terbesar hanya mencapai 2,5 liter.
"Secara portofolio galon menyumbang hampir 70 persen dari total volume, dan galon tumbuh baik pada 2020. Dari peningkatan permintaan galon bisa mengompensasi, meskipun tidak jauh dengan tingkat turunnya permintaan kemasan yang lain," katanya.
Rachmat optimistis pertumbuhan permintaan galon membuat volume produksi AMDK nasional naik sekitar 1 persen secara tahunan pada 2020 menjadi mendekati 30 miliar liter. Adapun, realisasi produksi industri AMDK mencapai sekitar 29 miliar liter pada 2019.
Walaupun volume produksi naik, Rachmat menilai nilai produksi industri AMDK pada 2020 diramalkan stagnan cenderung menurun. Pasalnya, margin yang didapatkan pabrikan dari produksi galon tidak sebesar dari kemasan lainnya.
Seperti diketahui, pandemi Covid-19 memukul rata-rata utilitas pabrikan ke level 40 persen. Hal tersebut utamanya disebabkan oleh anjloknya permintaan air minum dalam kemasan gelas.
"Seluruh produsen produksi kemasan kecil gelas. Utilitas industri AMDK sudah naik lagi. Kemarin kami tertekan sampai level 40 persen, sekarang utilitas sudah 80 persen," kata Rachmat.