Bisnis.com, JAKARTA- Gabungan Produsen Makanan Minuman Indonesia (Gapmmi) mengungkap strategi obral diskon dan promo tak terhindarkan bagi pelaku usaha industri makanan minuman atau Mamin. Momen Ramadan, diharapkan jadi katalisator positif bagi kinerja industri meski diiringi kenaikan harga bahan baku gula rafinasi.
Ketua Umum Gappmi, Adhi S. Lukman mengatakan pihaknya menyiapkan berbagai promo diskon mamin dan tetap menjaga harga jual stabil, meskipun harga bahan baku mengalami kenaikan, khususnya gula rafinasi.
"Kebanyakan pelaku usaha mamin menjaga harga stabil dan bahkan promo," kata Adhi kepada Bisnis, dikutip Kamis (14/3/2024).
Dia menuturkan, harga gula rafinasi untuk industri belakangan meningkat lantaran penurunan produksi gula dari Thailand pada awal tahun ini. Sebagai, salah satu negara penghasil gula terbesar, negara tersebut memainkan peran membentuk harga gula global.
Adapun, harga gula kembali ke level US$24-25 per ton, yang sebelumnya telah turun drastis US$20 per ton. Pasalnya, tahun lalu harga gula sempat menyentuh level US$29 per ton.
Namun, pengusaha mamin bertahan untuk tidak menaikkan harga jual agar konsumsi masyarakat tetap stabil. Terlebih, kenaikan harga pangan pokok membuat konsumen memprioritaskan bahan primer ketimbang olahan.
Baca Juga
"Kenaikan hrg pangan segar dan pokok menekan daya beli pangan sekunder dan olahan. Konsumen terutama kelas bawah memprioritaskan pangan pokok," tuturnya.
Dia optimistis memasuki bulan puasa, permintaan mamin olahan mulai meningkat hingga lebaran. Gapmmi memproyeksi pertumbuhan permintaan mencapai 30% pada Ramadan.
Permintaan yang meningkat lebih tinggi dari bulan normal menjadi kompensasi atas pemberian diskon harga mamin kemasan dan olahan sepanjang periode ini.
Ketua Umum Asosiasi Industri Minuman Ringan (Asrim) Triyono Prijosoesil mengatakan mencatat kenaikan harga gula rafinasi global meningkat hingga 16,48% dari tahun 2022 ke 2023 (year-on-year/yoy).
Terlebih, laju tingkat inflasi komponen harga pangan mencapai 8,47% pada Februari 2024, lebih tinggl dari laju inflasi secara umum yaitu 2,61% yoy.
"Hal ini berimbas terhadap menurunnya daya beli masyarakat, di mana fokus konsumen yang tersita oleh kebutuhan primer," ujarnya.