Bisnis.com, JAKARTA- Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman (Gapmmi) kembali was-was akan kondisi harga gula yang kembali tinggi disebabkan produksi gula asal Thailand turun tahun ini.
Ketua Umum Gapmmi Adhi S. Lukman mengatakan penurunan produksi gula rafinasi hingga konsumsi dari Thailand berdampak pada kenaikan harga gula pada periode awal 2024.
"Betul, itu akan berdampak ke harga, kita lihat sekarang harga gula kembali naik ke level US$24-25 per ton, tadinya sudah turun US$20 per ton," kata Adhi kepada Bisnis, Selasa (13/2/2024).
Meskipun, harga gula mentah saat ini masih lebih rendah jika dibandingkan dengan tahun lalu yang sempat menyentuh level US$29 per ton.
Sebagaimana diketahui, gula merupakan salah satu komoditas paling banyak diimpor Indonesia. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) impor gula terbanyak datang dari Thailand sebesar 48,82% dari total volume impor gula.
Adapun, tahun ini pemerintah telah memberikan izin impor 5,4 juta ton, mencakup 708.609 ton gula Kristal putih (GKP) dan 4,7 juta ton gula kristal rafinasi (GKR) untuk industri.
Baca Juga
Diberitakan sebelumnya, Kelompok industri Thai Sugar Millers Corp. telah menurunkan perkiraan mengenai kisaran produksi sebesar 500.000 ton menjadi 7,5 juta ton pada 2023-2024.
Proyeksi output dari kelompok industri adalah 7-7,5 juta ton untuk 2023-2024, dibandingkan dengan perkiraan November 2023 yang sebesar 7-8 juta ton.
Direktur Thai Sugar Millers Rangsit Hiangrat mengatakan bahwa tidak ada curah hujan pada periode kritis, ketika tebu membutuhkan air untuk bertumbuh.
"Hujan datang belakangan, tetapi tanaman sudah kerdil, jadi tidak banyak membantu," terangnya, seperti dikutip dari Bloomberg.