Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pertamina Cetak Laba Rp14 Triliun Tahun Lalu

Rendahnya harga minyak dunia, lemahnya permintaan, dan depresiasi kurs menjadi penekan utama kinerja Pertamina.
Pertamina Refinery Unit atau RU III Plaju mencatat produksi polytham polypropylene melampaui target yang dipatok pada tahun 2020. istimewa
Pertamina Refinery Unit atau RU III Plaju mencatat produksi polytham polypropylene melampaui target yang dipatok pada tahun 2020. istimewa

Bisnis.com, JAKARTA — PT Pertamina (Persero) membalikkan posisi kerugian pada semester I/2020 menjadi untung sepanjang tahun lalu. Keuntungan perusahaan migas pelat merah itu disebut mencapai Rp14 triliun.

Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati mengeklaim Pertamina mencatatkan labab bersih senilai US$1 miliar atau setara dengan Rp14 triliun. Dia mengatakan bahwa hasil itu diperoleh dari sejumlah inisiatif untuk memulihkan kinerja sepanjang tahun lalu.

“Laba bersih US$1miliar. Upaya yang dilakukan adalah meningkatkan produktivitas hulu migas dan kilang, serta efisiensi di semua bidang yakni pemotongan opex [operational expenditure] 30 persen dan prioritasi anggaran investasi,” katanya, Kamis (4/2/2021).

Nicke menjelaskan bahwa sepanjang 2020 pihaknya mendapatkan tekanan dari tiga sentimen sekaligus. Rendahnya harga minyak dunia, lemahnya permintaan, dan depresiasi kurs menjadi penekan utama kinerja Pertamina.

Lebih lanjut, dia mengungkapkan bahwa pada tahun lalu permintaan BBM secara nasional turun sebesar 25 persen, harga minyak sangat terdampak, dan nilai tukar rupiah yang terdepresiasi sangat memengaruhi kinerja keuangan perusahaan migas.

Namun, strategi menghadapi kondisi itu, kata Nicke, Pertamina membuat cadangan pasokan pada saat harga energi yang sedang turun dengan membeli dalam jumlah besar dan disimpan di penyimpanan di darat (landed storage) dan terapung (floating storage).

Menurutnya, strategi itu turut memberi dampak positif terhadap kinerja keuangan Pertamina.

“Inilah yang kami lihat, Pertamina berhasil cetak laba dan ini luar biasanya effort-nya. Jadi, sektor energi ini harus lakukan efisiensi luar biasa untuk melakukan adjustment,” jelasnya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Muhammad Ridwan
Editor : Zufrizal
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper