Bisnis.com, JAKARTA — PT Pertamina (Persero) disebut mengantongi laba bersih US$1 miliar atau setara dengan Rp14 triliun pada tahun lalu, sekaligus membalikkan posisi kerugian pada semester I/2020.
Komisaris Utama Pertamina Basuki Tjahaja Purnama mengamini kabar tersebut dan turut memberi komentarnya terhadap kinerja jajaran dewan direksi.
Pria yang akrab disapa Ahok itu menyebutkan bahwa penghematan yang dilakukan pada tahun lalu menjadi kontributor utama perbaikan kinerja Pertamina.
“Kami sangat berterima kasih kepada jajaran dewan direksi yang mau bekerja sama membalikkan dari posisi rugi menjadi masih untung di tengah pandemi seperti ini,” katanya kepada Bisnis, Kamis (4/2/2021).
Sebelumnya, Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati mengeklaim BUMN migas tersebut mencatatkan laba bersih senilai US$1 miliar.
Dia mengatakan bahwa hasil itu atas sejumlah inisiatif untuk memulihkan kinerja sepanjang tahun lalu.
“Laba bersih US$1miliar. Upaya yang dilakukan adalah meningkatkan produktivitas hulu migas dan kilang, serta efisiensi di semua bidang yakni pemotongan opex [operational expenditure] 30 persen dan prioritasi anggaran investasi,” katanya, Kamis (4/2/2021).
Nicke menjelaskan bahwa sepanjang 2020 pihaknya mendapatkan tekanan dari tiga sentimen sekaligus. Rendahnya harga minyak dunia, lemahnya permintaan, dan depresiasi kurs menjadi penekan utama kinerja Pertamina.
Lebih lanjut, dia mengungkapkan bahwa pada tahun lalu permintaan BBM secara nasional turun sebesar 25 persen, harga minyak sangat terdampak, dan nilai tukar rupiah yang terdepresiasi sangat memengaruhi kinerja keuangan perusahaan migas.
Namun, strategi menghadapi kondisi itu, kata Nicke, Pertamina membuat cadangan pasokan pada saat harga energi yang sedang turun dengan membeli dalam jumlah besar dan disimpan di penyimpanan di darat (landed storage) dan terapung (floating storage).
Menurutnya, strategi itu turut memberi dampak positif terhadap kinerja keuangan Pertamina.
“Inilah yang kami lihat, Pertamina berhasil cetak laba dan ini luar biasanya effort-nya. Jadi, sektor energi ini harus lakukan efisiensi luar biasa untuk melakukan adjustment,” jelasnya.