Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Distribusi Vaksin Lamban, Pemulihan Ekonomi Global Jadi Taruhan

Resesi berulang atau double-dip recession diperkirakan akan terjadi di Jepang, kawasan euro dan Inggris, karena pembatasan untuk membendung penyebaran virus diberlakukan. Lambannya distribusi vaksin juga mempengaruhi kondisi pemulihan ini.
Seorang pria memakai masker membawa kantong belanja di sebuah jalan di Oslo, Norwegia, Jumat (13/3/2020), di tengah wabah Covid-19./Antara-Reutersrn
Seorang pria memakai masker membawa kantong belanja di sebuah jalan di Oslo, Norwegia, Jumat (13/3/2020), di tengah wabah Covid-19./Antara-Reutersrn

Bisnis.com, JAKARTA - Bank Dunia memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi global menjadi 4 persen tahun ini karena lonjakan infeksi virus Corona dan lambatnya peluncuran vaksin.

Di beberapa titik, ekonomi dunia masih berada di jalur pemulihan dari resesi tahun lalu dan mungkin diperlukan waktu lebih lama untuk membalikkan keadaan yang melenceng dari perkiraan sebelumnya.

Dana Moneter Internasional (IMF) akan memperbarui perkiraan ekonominya minggu ini.

Resesi berulang atau double-dip recession diperkirakan akan terjadi di Jepang, kawasan euro dan Inggris, karena pembatasan untuk membendung penyebaran virus diberlakukan. Rekor kasus di Amerika Serikat (AS) menekan pengeluaran ritel dan rekrutmen tenaga kerja, mendorong pemerintahan baru Presiden Joe Biden untuk berupaya menggelontorkan tambahan stimulus fiskal senilai US$ 1,9 triliun.

Hanya China yang berhasil mengalami pemulihan berbentuk kurva V setelah menahan wabah lebih awal, tetapi bahkan konsumen tetap waspada karena sebagian Beijing ditutup.

Indikator frekuensi tinggi yang dilacak oleh Bloomberg Economics menunjukkan permulaan yang berat bagi ekonomi dunia untuk tahun ini.

“Itu adalah cerminan dari kenyataan pahit bahwa sebelum penyebaran vaksin yang meluas, kembali ke keadaan normal adalah prospek yang tidak mungkin,” kata Kepala Ekonom di Bloomberg Economics Tom Orlik, Senin (25/1/2021).

Ini adalah proyeksi mengkhawatirkan yang dihadapi para pembuat kebijakan setelah dukungan fiskal senilai US$ 12 triliun yang diikuti pencetakan uang oleh bank sentral gagal umemperkuat pemulihan.

Namun demikian, pasar tetap menunjukkan optimisme. Bahkan ketika prospek ekonomi semakin gelap seiring berlalunya minggu-minggu 2021, pasar keuangan terus menguat karena optimisme stimulus pemerintah dan peluncuran vaksin akan mendorong pemulihan. Saham global mencapai level tertinggi sepanjang masa pada minggu lalu.

Ketidakseimbangan kemungkinan akan muncul dalam pernyataan para pemimpin global termasuk Presiden China Xi Jinping, Perdana Menteri Prancis Emmanuel Macron, Kanselir Jerman Angela Merkel dan lainnya, yang akan berbicara pada Forum Ekonomi Dunia (WEF) 25 hingga 29 Januari secara virtual.

AS, Inggris, dan Uni Eropa mengirimkan vaksin ke negara lain, menyiapkan skenario di mana beberapa bagian dunia mencapai herd immunity sementara yang lain tertinggal, terutama negara-negara yang lebih miskin.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) akan memperingatkan negara-negara kaya pada bahwa ekonomi mereka dapat dirugikan kecuali jika ada upaya membantu negara-negara berkembang untuk mempercepat program vaksinasi.

Jika peluncuran vaksin di negara-negara miskin bertahan dengan kecepatan saat ini, negara-negara maju akam menghadapi kerugian produksi hingga US$2,4 triliun dari produk domestik bruto tahunan mereka sebelum pandemi. Menurut WHO, hal itu disebabkan karena gangguan pada perdagangan dan rantai pasokan.

“Meskipun ada cahaya di ujung terowongan, masih ada jalan yang panjang dan sulit di depan sebelum kami keluar,” kata Erik Nielsen, kepala ekonom kelompok di Unicredit SpA.

Sementara itu, harapan kini berada di pundak pihak berwenang yang terkait vaksin, untuk menghentikan penularan dan mensterilkan ancaman varian virus baru yang menular lebih cepat.

Ketentuan kebijakan moneter yang longgar dan harapan bahwa pemerintah tidak akan menarik kembali dukungan terlalu dini, juga akan membantu.

Penguncian dan pembatasan juga tampaknya tidak memberikan dampak ekonomi yang merugikan kali ini dibandingkan tahun lalu karena konsumen dan bisnis telah menemukan cara untuk beradaptasi. Sedangkan kepemimpinan China dalam pemulihan global menunjukkan apa yang mungkin dilakukan setelah virus dikendalikan.

“Kuartal pertama akan lebih buruk dari yang kami perkirakan. Tapi kami melihat pemulihan yang tertunda, bukan tergelincir," kata Shaun Roache, Kepala Ekonom Asia Pasifik di S&P Global Ratings di Singapura.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Reni Lestari
Sumber : Bloomberg
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper