Bisnis.com, JAKARTA – Ketua II Pelaku Usaha Bawang Putih dan Sayuran Umbi Indonesia (Pusbarindo) Valentino memperkirakan ketersediaan bawang putih dalam tiga bulan pertama 2021 dalam kondisi aman dengan stok bawaan 2020 (carry over stock) sebanyak 175.000 ton.
Meski demikian, perizinan importasi diharapkan dapat segera terbit agar memberi kepastian kepada pasar.
“Sejauh ini anggota Pusbarindo sedang mengurus syarat. Informasi yang saya dengar ada 5 perusahaan sedang mengurus SPI [surat persetujuan impor],” kata Valentino, Senin (25/01/2021).
Untuk stok pembuka 2021, Valentino menjelaskan banyak importir dengan SPI yang baru terbit pada Oktober dan November 2020 masih dalam proses realisasi impor sampai 31 Desember. Data dari asosiasi eksportir bawang putih China menunjukkan bahwa total ekspor bawang putih sepanjang 2020 mencapai 561.000 ton.
“Sampai dokumen kirim tertanggal 31 Desember 2020, yang masuk Januari 2021 masih cukup banyak. Ada carry over stock pemasukan akhir Desember ke awal 2021 kurang lebih sekitar 175.000 ton,” katanya.
Namun keamanan stok ini akan sangat tergantung pada tingkat konsumsi bulanan. Valentino mengatakan konsumsi bawang putih selama pandemi cenderung turun dari yang normalnya mencapai 48.000 ton per bulan menjadi 40.000 ton sebulan.
Baca Juga
Hal tersebut setidaknya terlihat pada tingkat penjualan di level importir yang cenderung lesu selama April sampai November 2020.
Dia berujar turunnya konsumsi bawang putih tidak terlepas dari aktivitas industri yang terbatas selama pandemi. Dengan aktivitas industri yang turun, kata Valentino, konsumsi dari usaha katering yang memasok makanan ke para pekerja pun turun.
“Jadi keamanan stok ini tergantung tingkat konsumsi. Makin cepat izin keluar makin baik,” ujarnya.
Terbitnya izin disebut Valentino bakal memberi sentimen tersendiri kepada pasar karena bisa mencegah timbulnya spekulasi harga di tingkat distributor. Sebagaimana diketahui, importir tidak bisa menjual langsung bawang putih ke tingkat ritel.
“Kalau ada izin distributor tidak punya alasan lagi untuk menaikkan harga. Selama ini di rantai distribusi yang kerap memainkan,” kata Valentino.
Masalah perizinan impor bawang putih ini juga menjadi sorotan Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU). Komisioner KPPU Taufik Ariyanto mengatakan potensi gejolak harga bawang putih bisa kembali terulang jika realisasi pemasukan tidak dilakukan pada masa kritis yakni pada Maret karena stok pada awal April diyakini akan defisit.
Dalam rapat bersama Komisi IV DPR RI, Direktorat Jenderal Hortikultura Kementerian Pertanian pun melaporkan potensi berkurangnya pasokan bawang putih mulai April 2021.
Data Kementerian Pertanian memperlihatkan bahwa stok awal bawang putih pada Januari 2021 yang merupakan stok bawaan akhir 2020 berada di angka 134.576 ton. Sebaliknya, tingkat konsumsi diproyeksi menembus 44.000 sampai 48.000 ton per bulan.
“Sekarang masih ada stok sisa 2020 yang berjumlah 134.000 ton. Sehingga untuk akhir Januari perkiraan sisa stok 85.000 ton, akhir Februari 42.000 ton. Namun mulai Maret, April sudah mengalami shortage untuk kebutuhan bawang putih,” kata Direktur Jenderal Hortikultura Kementan Prihasto Setyanto.
Dia menjelaskan Kementan telah menerima pengajuan rekomendasi impor hortikultura (RIPH) bawang putih sebesar 46.980 ton. Sementara proyeksi kebutuhan impor bawang putih sepanjang 2021 adalah 550.000 ton. Pada 2020, Kementerian Pertanian menerbitkan total 724.589 ton RIPH untuk bawang putih.