Bisnis.com, JAKARTA – Rencana pemerintah membentuk badan pengelola dana investasi yang dimiliki oleh negara atau Sovereign Wealth Fund (SWF) perlu mengantisipasi adanya tuntutan baru para investor yang relatif individual untuk kepentingan bisnisnya.
Pengamat Maritim dari Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Raja Oloan Saut Gurning mengatakan hal itu membuat investor lebih terdedikasi untuk kapal, kargo atau komoditas dan kepentingan pengguna jasa tertentu. Alhasil hal ini memerlukan penilaian yang rasional baik secara komersial dan manfaat perlu diperhitungkan dan dipersiapkan, karena kalau tidak akan cenderung mendeviasi orientasi eksis dari jasa kepelabuhanan tertentu.
“Karena ekspektasi sumber asal investasi berasal dari luar negeri, yang ideal kepentingan nasional perlu lebih besar ketimbang kepentingan negara asal dari investor. Atau paling rasional adalah keseimbangan yang logis antara kepentingan domestik dan kepentingan subyektif investor yang akan menjadi bagian dari agenda investasi strategis itu,” ujarnya, Senin (18/1/2021).
Dia juga menuturkan SWF dapat menjadi opsi menarik bagi industri kepelabuhanan atau meluas ke industri maritim nasional pada masa mendatang. Hal ini dikarenakan SWF dapat menjadi opsi pendanaan ekuitas lewat pola penyertaan modal yang mungkin relatif tidak membebani liabilitas dunia usaha BUMN dan swasta di bidang kepelabuhanan dan bisnis maritim.
Menurutnya dibandingkan dengan berbagai opsi pinjaman, SWF mungkin memiliki dampak yang tidak memberatkan solvabilitas korporasi usaha kepelabuhanan yang memang menghadapi tantangan internal atas faktor ini. Khususnya di tengah tuntutan peningkatan kapasitas dan kehandalan jasanya lewat penguatan infrastruktur, suprastruktur dan infrastruktur jasa kepelabuhanan.
“Secara umum, opsi ini saya kira memang dibutuhkan dan memiliki manfaat komersial yang rasional bagi dunia usaha jasa kepelabuhanan dan bisnis maritim nasional secara luas. Dampaknya, tentu operator atau manajemen terminal atau pelabuhan di Indonesia untuk bersiap untuk menghadapi partner keuangan atau investasi baru di dalam struktur manajemennya yang mungkin terkadang membawa kultur dan aspirasi bisnis yang baru dan berbeda,” ujarnya.
Baca Juga
Hal itu, lanjutnya, termasuk dalam tahap awal untuk meningkatkan performa atau kinerja operasional dan komersial yang dapat dipercaya oleh para investor supaya terlibat dalam banyak agenda pengembangan lewat para manajer investasi dan Lembaga Pembiayaan Investasi (Indonesia Investment Authority/INA) yang akan segera dibentuk oleh pemerintah.