Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Krisis Pasokan Batu Bara, China Batasi Akses Listrik di Beberapa Kota

Sejumlah analis mengatakan harga komoditas di negara itu telah melonjak karena krisis dan mereka mengaitkan pemadaman dengan larangan tidak resmi atas batu bara Australia.
Properti di Shenzhen, China, terlihat di latar belakang Taman Linhua./Bloomberg/Qilai Shen
Properti di Shenzhen, China, terlihat di latar belakang Taman Linhua./Bloomberg/Qilai Shen

Bisnis.com, JAKARTA - Beberapa kota besar di China dilaporkan membatasi penggunaan listrik karena kekurangan pasokan batu bara. 

Sejumlah analis mengatakan harga komoditas di negara itu telah melonjak karena krisis dan mereka mengaitkan pemadaman dengan larangan tidak resmi atas batu bara Australia.

Laporan yang dikutip dari CNCB ini juga mengatakan penjatahan listrik telah dimulai di provinsi Hunan dan Zhejiang karena kekurangan bahan baku. Ada sedikit ruang untuk peningkatan produksi dari produsen China.

Beberapa kota, terutama yang berada di China selatan, telah memberlakukan batasan penggunaan listrik untuk pabrik sejak pertengahan Desember. Di pusat teknologi Shenzhen, telah terjadi pemadaman listrik selama seminggu di berbagai daerah.

Hubungan antara kedua negara memburuk tahun lalu setelah Australia menyerukan penyelidikan internasional terhadap penanganan pandemi virus corona di China. Batu bara hanyalah salah satu dari daftar barang Australia yang menjadi target China sebagai akibat dari perselisihan itu.

Tahun lalu, China mengimbau pembangkit listriknya untuk membatasi jumlah impor batu bara dari negara lain untuk membatasi harga.

Beijing dilaporkan mencabut pembatasan tersebut kemudian, tetapi tidak menghapus pembatasan impor batu bara dari Australia. China juga dilaporkan memberikan pemberitahuan lisan kepada perusahaan listrik milik negara dan pabrik baja untuk berhenti mengimpor batu bara Australia.

China adalah konsumen batu bara terbesar di dunia dan sumber impor terbesarnya adalah Australia. Sumber energi itu sangat diandalkan oleh China meskipun belakangan Presiden Xi Jinping telah berkomitmen pada rencana energi terbarukan.

Harga batu bara di China telah melonjak karena kelangkaan. Firma riset Wood Mackenzie memperkirakan harga akan tetap tinggi selama puncak periode permintaan musim dingin.

"Pasar batu bara termal China berada dalam kekacauan, dengan harga meroket setelah rilis indeks harga harian ditangguhkan pada 3 Desember," kata firma riset Wood Mackenzie, dilansir oleh CNBC, Kamis (7/1/2020).

Ekonom senior Marcel Thieliant dari firma riset Capital Economics mengatakan pemadaman listrik itu menggarisbawahi bahwa China bersedia berusaha keras untuk merugikan Australia.

Otoritas China tidak mengaitkan pemadaman listrik dengan ketegangan dengan Australia atau pembatasan batu bara. Mereka malah mengaitkan pembatasan penggunaan daya dengan permintaan yang sangat tinggi dan pemeliharaan rutin.

Komisi Pembangunan dan Reformasi Nasional mengatakan, China telah menggunakan listrik 11 persen lebih banyak pada Desember 2020 daripada tahun lalu.

Komisi tersebut mengatakan pemulihan ekonomi yang cepat, cuaca musim dingin dan pasokan terbatas telah mendorong beberapa daerah untuk membatasi penggunaan listrik. Menurut data dari Commonwealth Bank of Australia, impor batu bara China pada November turun 44 persen dari tahun lalu.

China sekarang beralih ke sumber alternatif batu bara. Para analis mencatat bahwa hal itu dapat menyebabkan pergeseran arus perdagangan karena batu bara Australia, salah satu ekspor terbesar negara itu, menjadi korban terbaru dalam pertarungan perdagangan.

Namun, para ahli mengatakan perkembangan tersebut akan berdampak terbatas pada permintaan keseluruhan untuk batubara Australia karena hanya akan mencari pasar lain.

"Arus perdagangan akan bergeser, karena batu bara Australia mencari pelanggan baru dan volume yang lebih tinggi dari batu bara kokas non-Australia pindah ke China," kata Wood Mackenzie dalam sebuah catatan baru-baru ini. Batu bara kokas adalah jenis batu bara yang digunakan untuk memproduksi baja.

Sejalan dengan itu, pergeseran arus perdagangan batu bara lainnya akan terjadi, dengan data impor China yang menunjukkan peningkatan impor batubara dari Mongolia, Kanada dan Rusia.

Bulan lalu, China menandatangani kesepakatan dengan Indonesia untuk membeli batu bara termal senilai US$1,5 miliar.

Namun, Wood Mackenzie mengatakan tetap saja China kekurangan batu bara karena beberapa pabrik bertahan dengan persediaan dan harga batu bara Mongolia meningkat.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Reni Lestari
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper