Bisnis.com, JAKARTA - Harga kedelai impor di tingkat pengolah naik 3 persen hingga 5,5 persen.
Dari data Kementerian Perdagangan, harga pada Desember 2020 menjadi 9.300 per kilogram sampai 9.500 per kilogram dari 9.000 per kilogram pada bulan sebelumnya.
Ekonom Indef Bhima Yudhistira menuturkan kondisi ini dipicu oleh pemulihan di China. Sektor pertanian, peternakan dan manufaktur China hampir kembali ke tahap normal sebelum pandemi.
"Pangan saja dia [China] borong, sementara efeknya inflasi pangan," ujar Bhima kepada Bisnis, Selasa (5/1/2021).
Bhima menegaskan fenomena China ini belum diantisipasi pemerintah. Sebenarnya bukan hanya tantangan di sektor pariwisata dan kesehatan yang perlu diatasi, tetapi juga sektor pangan.
"Ada negara yang rakus, salah satunya China," lanjutnya.
Ketika China memborong kedelai, produksi kedelai di Brasil dan Argentina belum sepenuhnya pulih. Hal ini mendorong kelangkaan kedelai sehingga pada akhirnya menaikkan harga.
Bhima mengingatkan agar pemerintah mewaspadi harga-harga kebutuhan pangan impor lainnya, seperti gula.
Dia melihat inflasi naik ini 0,4 persen dipicu dari sisi permintaan dari pasokan volatile food. Sementara itu, inflasi inti masih rendah yang artinya daya beli belum sepenuhnya pulih.
Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa Badan Pusat Statistik (BPS) Setianto mengatakan bahwa harga tahu mentah pada Desember mengalami inflasi sebesar 0,06 persen, sedangkan tempe inflasi 0,05 persen.
“Namun demikian, dua komoditas tersebut memberi andil yang sangat kecil terhadap inflasi nasional,” katanya melalui konferensi pers secara virtual, Senin (4/1/2020).