Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Permintaan Kabel Listrik 2021 di Kawasan Timur Diprediksi Melonjak

Asosiasi Pabrik Kabel Indonesia (Apkabel) menyatakan pertumbuhan permintaan kabel listrik distribusi di Indonesia bagian timur akan mencapai dua digit.
Teknisi melakukan perawatan rutin perbaikan jaringan listrik di Makassar, Sulawesi Selatan, Senin (12/2)./JIBI-Paulus Tandi Bone
Teknisi melakukan perawatan rutin perbaikan jaringan listrik di Makassar, Sulawesi Selatan, Senin (12/2)./JIBI-Paulus Tandi Bone

Bisnis.com, JAKARTA - Asosiasi Pabrik Kabel Indonesia (Apkabel) menyatakan pertumbuhan permintaan kabel listrik distribusi di Indonesia bagian timur akan mencapai dua digit.

Ketua Umum Apkabel Noval Jamalullail mengatakan permintaan kabel listrik distribusi di Sulawesi, Maluku, Papua, dan Nusa Tenggara dapat mencapai 10-20 persen secara tahunan pada 2021. Hal ini sejalan dengan strategi mayoritas pabrikan kabel listrik yang akan mendorong kabel distribusi daripada kabel transmisi yang umumnya dikonsumsi PT Perusahaan Listrik negara (Persero).

"Mungkin [permintaan] di Jawa dan Bali pertumbuhannya paling 1-2 persen, akan tetapi di kawasan timur Indonesia bisa 10-20 persen [pada 2021]. Strategi pabrik kabel kelihatannya ke sana," katanya kepada Bisnis, belum lama ini.

Noval menjelaskan industri kabel nasional membagi pasar domestik menjadi tiga wilayah, yakni Jawa dan Bali, Sumatera dan Kalimantan, dan Sulawesi, Maluku, Papua, dan Nusa Tenggara. Walaupun akan tumbuh 10-20 persen pada 2021, volume permintaan dari Indonesia bagian timur hanya berkontribusi kurang dari 10 persen terhadap permintaan nasional.

Adapun, permintaan kabel listrik secara volume masih didominasi di Jawa dan Bali atau mencapai 60 persen dari total permintaan kabel nasional. Noval menyampaikan hal tersebut disebabkan oleh terpusatnya populasi nasional di kedua pulau tersebut.

"Tapi, kalau ceritanya pertumbuhan dibanding dengan tahun sebelumnya, akan lebih efektif [permintaan di Indonesia bagian timur]," ucapnya.

Noval menyatakan permintaan kabel listrik oleh PLN pada 2021 akan menyesuaikan dengan likuiditas PLN. Pasalnya, tingginya volume permintaan pada 2019 tidak dibarengi dengan kemampuan likuiditas PLN.

Alhasil, PLN menangguhkan pembayaran kepada pabrikan. Oleh karena itu, siklus keuangan pabrikan pun menjadi panjang pada 2019-2020 dari setiap 3 bulan menjadi sekitar 6-8 bulan.

Noval menyatakan perubahan skema penghitungan permintaan tersebut akan membuat volume permintaan kabel listrik oleh PLN pada 2021 belum akan tumbuh. Dengan kata lain, volume permintaan kabel listrik oleh PLN maksimal akan 75 persen dari realisasi 2019.

Selain itu, Noval menilai perubahan skema permintaan tersebut akan membuat prediksi permintaan akan lebih akurat. "Pada 2021, mereka [PLN] akan lebih selektif, supaya cash flow [PLN] stabil."

Noval menyampaikan PLN mendominasi serapan industri kabel listrik sekitar 70%--80% yang digunakan untuk transmisi dan distribusi energi dari pembangkit listrik. Adapun, 20%--30% produksi industri dialokasikan untuk diserap sektor swasta.

Seperti diketahui, industri kabel listrik lokal memiliki kapasitas produksi kabel transmisi listrik bawah tanah berkapasitas 50Kv--150Kv (Kilovolt) sepanjang 3.420Km per tahun. Adapun, permintaan kabel listrik layang berkapasitas 150Kv--500Kv untuk mentransmisikan daya dari pembangkit listrik ke gardu mencapai sekitar 64.400Km pada 2019.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Andi M. Arief
Editor : Fatkhul Maskur
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper