Bisnis.com, JAKARTA — Industri perkabelan diproyeksi belum kembali pada kondisi sebelum pandemi Covid-19 lantaran masih banyak proyek yang akan ditunda tahun ini.
Pada kondisi normal umumnya industri ini akan menorehkan pertumbuhan sekitar 10 persen. Sebelum kontraksi tahun lalu, pada 2018-2019 permintaan kabel listrik Nasional dinilai telah memuncak.
Direktur Eksekutif Institute for Essential Services Reform (IESR) Fabby Tumiwa mengatakan bahwa tahun ini pasar terbesar dari industri kabel yakni PT PLN (Persero) akan lebih rendah dari 2019. Belum lagi, proyek-proyek pembangkit 35.000 megawatt sejak tahun lalu banyak yang tertunda.
"Kondisi finansial PLN juga kurang baik jadi kegiatan tahun ini akan lebih banyak pada penguatan, perluasan, dan distribusi jaringan," katanya kepada Bisnis, Rabu (9/6/2021).
Fabby menyebut saat ini pengembangan akan lebih banyak dilakukan di wilayah Indonesia bagian timur atau mencakup Sulawesi-Maluku-Papua-Nusa Tenggara. Kendati demikian, kontribusi untuk permintaan kabel tentu tidak akan sesignifikan Jawa-Bali-Sumatra yang saat ini porsi pasarnya masih mendominasi atau sekitar 60 persen.
Dengan kisaran pertumbuhan permintaan listrik pada level 2—3 persen secara nasional, industri kabel juga akan bertumbuhnya setidaknya pada level 1—2 persen.
Menurut Fabby, permintaan oleh swasta yang meningkat pun belum akan signifikan mengganti kebutuhan kabel PLN karena selama ini telah menyumbang hingga 80 persen. Alhasil, untuk saat ini investasi baru belum akan menarik di industri perkabelan.
"Namun, nanti setelah 2024 setelah era kendaraan listrik pasti kebutuhan kabel akan mulai meningkat," ujarnya.