Bisnis.com, JAKARTA -- Inflasi pada akhir tahun 2020 berdasarkan perkiraan para ekonom dari konsensus Bloomberg rata-rata tercatat sebesar 1,63 persen secara tahunan atau year on year (yoy). Estimasi atas perkiraan inflasi adalah 1,80 persen dan bawah 1,50 persen.
VP Economist Bank Permata Josua Pardede mengatakan bahwa inflasi sepanjang 2020 memang cenderung lebih rendah. Faktor utamanya adalah Covid-19.
Pandemi membuat permintaan melemah, daya beli masyarakat menengah ke bawah turun, dan kalangan menengah ke atas cenderung menahan melanja.
“Ini bahkan terendah sejak 2003. Pandemi membuat permintaan dan produksi menurun,” katanya saat dihubungi, Minggu (3/1/2020).
Josua menjelaskan bahwa pendorong yang membuat rendah akibat inflasi inti yang melambat. Di sisi lain harga bahan pokok yang ditetapkan pemerintah cukup rendah.
“Artinya kalau dilihat pada akhir 2020 ini akan berada di bawah asumsi makro APBN [anggaran pendapatan dan belanja negara] atau target Bank Indonesia yang berada di 3 persen plus minus 1 persen. Bahkan berada di bawah batas bawah,” jelasnya.
Josua menuturkan bahwa apabila dirata-rata inflasi Januari hingga ekspektasi Desember tersebut, angkanya sekitar 2 persen.
“Sementara rata-rata inflasi pada 2019 sebesar 2,82 persen. Memang agak turun dari inflasi umumnya,” ucapnya