Bisnis.com, JAKARTA — Asosiasi Rantai Pendingin Indonesia (ARPI) bersama Badan Standarisasi Nasional tengah menyusun SNI atau Standar Nasional Indonesia guna menjaga kegiatan logistik yang membutuhkan kontrol temperatur.
Ketua Umum Asosiasi Rantai Pendingin Indonesia (ARPI) Hasanuddin Yasni mengatakan SNI itu akan menyadur ulang standar dari Jepang. Menurutnya, paling cepat penyelesaian SNI sekitar akhir 2021.
"Saya masuk tim ISO juga, nantinya SNI akan mengatur dari berbagai level termasuk yang berbiaya murah. Hal ini untuk mengontrol perjalanan cold parcel dan pengaturan transitnya. Alhasil, diharapkan akan dapat meminimalkan biaya logistik untuk produk yang membutuhkan kontrol temperatur," katanya kepada Bisnis, Jumat (18/12/2020).
Yasni menyebut saat ini pengirim untuk makanan beku telah meningkat hingga 100 persen di Pulau Jawa dan Sumatra. Sebelum pandemi, pengguna layanan di Pulau Jawa hanya 20 persen dan di luar Jawa sebesar 5 persen. Akan tetapi sekarang di Jawa Sumatra sudah 40 persen dari total penduduk.
Setiap harinya, kata Yasni, untuk peredaran secara nasional industri membutuhkan pengangkut 150.000 ton. Untuk di Jawa Sumatra pengangkut yang digunakan hampir 70 persen dari angka total di atas atau sekitar 100.000 ton.
"Artinya sekarang ada 40.000 ton parcel yang membutuhkan pengawasan temperatur, jika dibagi untuk per 5 ton saja artinya dibutuhkan armada pengangkutan sekitar 8.000 unit kendaraan dengan cooler box," ujar Yasni.
Baca Juga
Meski membutuhkan proses yang bertahap, tetapi setidaknya Yasni berharap awal tahun depan sudah ada kereta api logistik yang membuat satu kontainer khusus untuk mengangkut parcel produk beku ini. Selanjutnya, tentu dibutuhkan penyedia servis yang bisa menjadi penghubung di daerah-daerah transit untuk mengangkut dari stasiun ke konsumen secara door to door.