Bisnis.com, JAKARTA — Upaya Presiden Prabowo Subianto dalam menjaga ketahanan pangan nasional bisa terhambat jika ketersediaan fasilitas penyimpanan belum merata, khususnya di kawasan timur Indonesia.
Perkumpulan Pelaku Logistik Indonesia (PPLI) Tejo Mulyono menilai masih perlunya dibangun sarana prasarana untuk mendukung adanya cold storage di wilayah Indonesia Timur.
“Pemerataan ketahanan pangan tidak akan terwujud tanpa didukung sarana dan prasarana yang memadai, termasuk jaringan listrik yang stabil. Ketersediaan cold storage sangat penting untuk menjaga kesegaran produk pangan, khususnya di wilayah kepulauan yang jauh,” terangnya,dikutip Senin (12/5/2025).
Dia tak menampik bahwa saat ini masih banyak tantangan dalam mengembangkan cold chain tersebut di Indonesia. Salah satunya adalah kondisi geografis Indonesia yang berbentuk kepulauan. "Untuk membanguk pembangkit listrik tidak relatif susah,” imbuhnya.
Tantangan lainnya, lanjutnya, adalah mengenai kelistrikan. Menurut Tejo, pembangkit listrik di cold storage beberapa lokasi tidak stabil sehingga dianggap masih terlalu berat bagi kontainer pendingin.
"Untuk kontainer pendingin itu rata-rata di 380 volt. Kadang di Indonesia Timur, voltasenya bisa turun sampai 320-340 volt. Nah kemudian di kapal pengangkut itu bisa sampai 450 volt. Ini kontainernya panas dingin jadinya," jelasnya.
Baca Juga
Tak hanya itu, secara pengembangan teknologi, Indonesia masih kalah jauh jika dibandingkan dengan kemampuan luar negeri. Hingga saat ini total jumlah kontainer pendingin yang tersedia di seluruh Indonesia masih kurang dari kebutuhan.
Menurut data asosiasi, hingga saat ini kontainer pendingin yang ada di Indonesia hanya berjumlah tidak sampai 8.000 unit. Padahal, jika dilihat dari kebutuhan, bisa lebih dari 10.000 unit.
Terkait dengan sejumlah kendala tersebut, dia berharap pemerintah bisa mempermudah regulasi, dengan cara mengintegrasikan aturan-aturan yang berlaku, sehingga bisa mendorong potensi cold chain di Indonesia makin berkembang.
"Kami berharap kalau bisa semua aturan diintegrasikan. Yang tumpang tinggi disederhanakan. Kemudian kalau memang itu penting dan menjadi standarisasi," terangnya.