Bisnis.com, JAKARTA - Neraca perdagangan pada November 2020 kembali mengalami surplus setelah 6 bulan sebelumnya secara berturut-turut mencatatkan surplus.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat surplus neraca perdagangan sebesar US$2,62 miliar pada November 2020, dengan nilai ekspor tercatat sebesar US$15,28 miliar, sedangkan impor sebesar US$12,66 miliar.
Ekonom Bank Mandiri Faisal Rachman mengatakan peningkatan ekspor 6,36 persen secara bulanan (month-to-month/mtm) pada November 2020 menunjukkan permintaan eksternal yang mulai menguat.
Sementara itu, impor yang mulai mengalami peningkatan sebesar 17,40 persen mtm juga menunjukkan permintaan domestik mulai pulih, tercermin dari impor barang konsumsi yang tumbuh 25,25 persen mtm.
Di samping itu, impor bahan baku/penolong dan impor barang modal masing-masingnya meningkat sebesar 13,02 dan 31,54 persen mtm. Hal ini pun mengindikasikan adanya pemulihan aktivitas produksi dan investasi.
Faisal memandang, kinerja ekspor Indonesia ke depan akan pulih lebih cepat seiring dengan pemulihan ekonomi global, yang juga diikuti oleh perbaikan impor.
Baca Juga
"Permintaan eksternal telah menunjukkan peningkatan yang signifikan di tengah pelonggaran lockdown global dan dorongan positif dari peluncuran Vaksin Covid-19," katanya, Selasa (15/12/2020).
Meski demikian, dia mengatakan harga komoditas global kemungkinan besar akan menunjukkan pemulihan secara bertahap dan masih membutuhkan waktu untuk bisa pulih sepenuhnya ke kondisi sebelum pandemi Covid-19.
Faisal menilai, meski PSBB telah dilonggarkan dan sudah ada perkembangan positif pada vaksinasi, beberapa bisnis masih akan menunda sebagian investasi dan kegiatan produksi.
Sebagian orang juga masih akan tetap menerapkan pembatasan sosial sampai vaksinasi terbukti efektif, aman, dan tersebar luas di Indonesia.
Dia memperkirakan defisit transaksi berjalan (current account deficit/CAD) pada akhir tahun akan jauh lebih rendah dari perkiraan awal sebesar -1,49 persen dari PDB.
"Kami perkirakan CAD akan menyusut drastis menjadi sekitar -0,51 persen hingga -0,32 persen dari PDB, dibandingkan dengan 2,72 persen pada 2019," katanya.
Seiring dengan kemajuan pemulihan ekonomi, Faisal memproyeksikan CAD akan kembali melebar menjadi -2,40 persen dari PDB pada 2021.