Bisnis.com, JAKARTA - Badan Pusat Statistik mencatat surplus neraca perdagangan sebesar US$2,6 miliar yang ditopang oleh tiga komoditas utama.
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Suhariyanto mengungkapkan surplus pada November ini menggembirakan karena ada kenaikan ekspor dan impor secara bulanan, meskipun masih mengalami penurunan secara tahunan.
"Perbaikan ekspor ditunjang naiknya permintaan dan naiknya harga komoditas andalan Indonesia, batubara dan minyak sawit. Penyumbang surplus terbesar minyak dan lemak hewan nabati, bahan bakar mineral, serta besi baja," ujar Suhariyanto, Selasa (15/12/2020).
Dari catatan BPS, ekspor lemak dan minyak hewan/nabati mencapai US$449,4 juta, bahan bakar mineral sebesar US$268,5 juta dan besi dan baja sebesar US$210,8 juta
Secara pangsa ekspor, China, Amerika Serikat dan Jepang masih menjadi tujuan ekspor terbesar dari Indonesia. Posisi neraca perdagangan Indonesia juga masih mencatat surplus terhadap AS sebesar US$948,7 juta, India sebesar US$603,8 juta dan Filipina sebesar US$523 juta.
Adapun, Indonesia masih mengalami defisit terhadap China sebesar US$527,6 juta.