Bisnis.com, JAKARTA - Ekonom INDEF Enny Sri Hartati memperkirakan kontraksi ekonomi Indonesia masih akan berlangsung hingga kuartal II/2021. Artinya, capaian pertumbuhan ekonomi ke depan menurutnya akan lebih rendah dari angka yang diproyeksikan pemerintah pada kisaran 4,5 hingga 5 persen.
Enny mengatakan pemulihan ekonomi akan berlangsung lebih lama dikarenakan kondisi ekonomi Indonesia yang terpukul pandemi Covid-19 tidak akan bisa berubah dalam jangka waktu yang sangat pendek.
Faktor pertama, yaitu konsumsi rumah tangga yang masih akan tertekan, tercermin dari data indeks penjualan ritel yang hingga November 2020 masih terkontraksi, juga peningkatan inflasi pada November ini bukan dikarenakan naiknya daya beli, melainkan karena peningkatan harga pangan. Sejalan dengan itu, angka pengangguran akibat Covid-19 melonjak tinggi, ini kan semakin menekan daya beli masyarakat.
Adapun, faktor kedua adalah jumlah pengangguran terselubung dan pengangguran setengah menganggur juga meningkat pesat sehingga berdampak pada pendapatan masyarakat. Faktor ketiga, pekerja informal selama masa pandemi Covid-19 bertambah signifikan.
"Pemulihan daya beli masyarakat berat karena konsumsi rumah tangga mampu pulih kalau tersedia lapanagan kerja, karena dampak dari Covid-19 kemarin terhadap struktur pendapatan masyarakat besar," katanya kepada Bisnis, Senin (14/12/2020).
Di samping itu, faktor keempat, peran dari stimulus fiskal semakin berkurang pada akhir 2020. Pasalnya, stimulus untuk perlindungan sosial telah sudah banyak terserap untuk kuartal III/2020, sementara anggaran untuk pos-pos lainnya pada kuartal IV/2020 juga belum terserap optimal.
Baca Juga
Sehingga, kata Enny, solusi untuk mengembali daya beli masyarakat satu-satunya adalah dengan penciptaan lapangan kerja. Namun tren investasi pada kuartal III/2020 masih mengalami tekanan, terutama pada sektor-sektor yang dapat menciptakan lapangan kerja.
Dia menambahkan, pemulihan ekonomi baru akan berjalan optimal jika kebijakan pemerintah benar-benar fokus pada penciptaan lapangan kerja dan stabilitas harga kebutuhan pokok.
Di sisi lain, Direktur Eksekutif CORE Indonesia Mohammad Faisal mengatakan vaksin Covid-19 dan vaksinasi akan menjadi salah satu faktor penentu kembalinya kepercayaan masyarakat untuk bisa belanja sehingga konsumsi rumah tangga dapat kembali terkerek, terutama masyarakat kelas menengah dan menengah ke atas.
Namun demikian, proses vaksinasi ini dinilai masih memiliki banyak tantangan, terutama pada proses distribusi dan kontrol harga dari vaksin Covid-19. "Masalah distribusi, seberapa cepat dan seberapa efektif, itu yang mempengaruhi tingkat kepercayaan," katanya.
Koordinasi antara pemerintah pusat dan daerah menjadi sangat penting dalam proses distibusi dan kaitannya dengan kontrol harga. Pemerintah harus memperhatikan dan bisa menyesuaikan dari sisi jumlah permintaan dan berapa jumlah vaksin yang disalurkan.
Faisal memperkirakan ekonomi pada kuartal I/2020 akan kembali kepada jalur positif, seberapa besar angka pertumbuhan akan sangat dipengaruhi oleh faktor distribusi dan efektivitas vaksin tersebut.