Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Jepang Rilis Paket Stimulus Baru Senilai US$706 Miliar

Draf paket stimulus menunjukkan bahwa sebagian belanja akan dibiayai oleh 19,2 triliun yen dari anggaran tambahan ketiga.
Perdana Menteri Jepang Yoshihide Suga (tengah) bersama Madam Suga Mariko (kedua kanan) melambaikan tangan setibanya di Bandara Soekarno Hatta, Tangerang, Banten, Selasa (20/10/2020). Lawatan kenegaraan tersebut dalam rangka meningkatkan hubungan bilateral antarkedua negara. /ANTARArn
Perdana Menteri Jepang Yoshihide Suga (tengah) bersama Madam Suga Mariko (kedua kanan) melambaikan tangan setibanya di Bandara Soekarno Hatta, Tangerang, Banten, Selasa (20/10/2020). Lawatan kenegaraan tersebut dalam rangka meningkatkan hubungan bilateral antarkedua negara. /ANTARArn

Bisnis.com, JAKARTA - Yoshihide Suga menggelontorkan paket stimulus pertamanya sejak menjabat perdana menteri dengan total nilai 73,6 triliun yen (US$708 miliar). Ada pula sejumlah langkah fiskal lain seperti pinjaman, investasi dan pengeluaran sekitar 40 triliun yen.

Draf paket stimulus menunjukkan bahwa sebagian belanja akan dibiayai oleh 19,2 triliun yen dari anggaran tambahan ketiga.

"Untuk melindungi kehidupan dan mata pencaharian masyarakat, paket ini disusun untuk mempertahankan lapangan kerja dan bisnis, memulihkan perekonomian, dan mengembangkan peluang baru untuk tumbuh seperti kawasan hijau dan digital," kata Suga di kediaman resminya, dilansir Bloomberg, Selasa (8/12/2020).

Dia menambahkan bahwa paket tersebut akan mencakup dukungan untuk fasilitas medis dan rumah bagi para lansia, serta untuk pekerjaan dan arus kas perusahaan.

Sementara angka pertumbuhan ekonomi menunjukkan lonjakan pada kuartal ketiga, rekor angka infeksi dalam beberapa pekan terakhir cenderung menurunkan pengeluaran konsumen yang membantu mendorong pemulihan di musim panas. Jika pembatasan sukarela atas pergerakan dan aktivitas terus muncul kembali di kota-kota Jepang, efek pada pengeluaran dapat semakin dalam.

Selain itu, Suga juga menghadapi tantangan untuk menunjukkan bahwa dia berhasil mempertahankan momentum ekonomi sekaligus menahan virus hingga opsi vaksin tersedia.

Kegagalan untuk melakukannya dapat menempatkannya dalam daftar panjang perdana menteri sementara di Jepang yang tidak dapat mempertahankan cukup dukungan di partainya sendiri untuk tetap berkuasa lebih dari satu tahun.

Meningkatkan pengeluaran konsumen akan sulit. Program subsidi perjalanan yang sangat dipertahankan Suga sebagai salah satu kebijakan stimulus paling efektifnya mendapat kecaman karena berpotensi memperburuk penyebaran virus.

Sebuah dokumen yang dilihat minggu lalu oleh Bloomberg menunjukkan bahwa pemerintah bermaksud untuk memperpanjang program Go To Travel hingga Juni sambil mengadaptasinya dengan cara yang fleksibel dan tepat.

Pemerintah juga melanjutkan program cuti, pengeluaran tambahan untuk perawatan kesehatan, pemberian uang tunai, dan dukungan untuk perusahaan yang menyesuaikan model bisnis mereka dengan era virus corona. Draf terbaru menunjukkan pengeluaran tambahan yang dianggarkan sebesar 1,35 triliun yen untuk program perjalanan.

Dilihat dari skalanya, stimulus fiskal baru ini lebih kecil dibandingkan dengan dua pendanaan yang dirilis pemerintah sepanjang tahun ini. Anggaran tersebut menambahkan 58 triliun yen pengeluaran tambahan yang setara dengan sekitar 11,3 persen dari ukuran ekonomi.

Secara keseluruhan, langkah-langkah yang telah dilakukan oleh pendahulu Suga, Shinzo Abe mencapai 234 triliun yen setelah memasukkan pinjaman, investasi, dan inisiatif sektor swasta.

Partai Demokrat Liberal telah menyerukan paket baru untuk membantu mengisi kekurangan 34 triliun yen permintaan dalam perekonomian.

Suga mengatakan bahwa dana baru senilai sekitar 2 triliun yen untuk mendanai teknologi hijau juga akan dimasukkan dalam paket tersebut, serta dukungan untuk digitalisasi. Perdana menteri telah menjadikan peningkatan infrastruktur digital dan sasaran emisi karbon 2050 sebagai bagian sentral dari platform kebijakannya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Reni Lestari
Sumber : Bloomberg
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper