Bisnis.com, JAKARTA – PT AirAsia Indonesia Tbk. (CMPP) mulai berfokus pada upaya pembukaan rute-rute yang sebelumnya ditutup dengan penambahan rute-rute domestik guna memulihkan kembali konektivitas udara yang sebelumnya terputus akibat pandemi Covid-19.
Corporate Secretary AirAsia Indonesia Indah Permatasari Saugi menuturkan jumlah frekuensi penerbangan hingga periode September 2020 mengalami penurunan hingga sebesar 63 persen yaitu sebanyak 13.874 penerbangan dibandingkan dengan periode September 2019 yaitu sebanyak 37.591 penerbangan.
Indah menjabarkan sampai dengan September 2020, jumlah rute penerbangan mengalami penurunan sebesar 242 persen yaitu sebanyak 12 rute dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya sebanyak 41 rute. Hingga periode September 2020, dampak pandemi dan perpanjangan pembatasan sosial yang berlaku di beberapa wilayah Indonesia serta semakin ketatnya pembatasan menjadi penyebab belum membaiknya tingkat permintaan.
“Untuk saat ini kami mulai fokus pada upaya pembukaan rute-rute yang sebelumnya ditutup dan penambahan rute-rute domestik,” ujarnya seperti dikutip dari keterbukaan informasi publik, Rabu (2/12/2020).
Selain tentunya perseroan juga tetap berkomitmen untuk melayani penerbangan charter penumpang dan kargo baik untuk kebutuhan perjalanan pemerintah, swasta, organisasi, maupun komunitas masyarakat ke berbagai destinasi domestik dan internasional dengan persetujuan dari otoritas terkait.
Selanjutnya, secara maksimal maskapai dengan jenis layanan minimum tersebut melakukan strategi pemasaran dengan melakukan penjualan unlimited pass dan juga membuka channel penjualan melalui travel agent online untuk meningkatkan penjualan.
Baca Juga
Perseroan juga menyediakan kemudahan layanan rapid test dengan penawaran khusus bagi pelanggan AirAsia Indonesia di berbagai lokasi yang tersebar di seluruh Indonesia termasuk layanan rapid test drive-thru di kawasan Bandara Soekarno Hatta.
Penawaran khusus ini, harapnya, dapat melengkapi harga tiket terjangkau untuk memperluas aksesibilitas transportasi udara bagi berbagai kalangan sekaligus untuk mendorong pemulihan pasar transportasi udara di Indonesia.
“Prioritas Perseroan adalah memulihkan minat dan kepercayaan masyarakat untuk bepergian menggunakan transportasi udara selama masa adaptasi kebiasaan baru dengan menerapkan protokol keamanan dan kesehatan yang berlaku,” ujarnya.
Pendapatan emiten berkode saham CMPP masih belum lepas dari tekanan dibandingkan dengan lalu karena hanya mampu meraup pendapatan senilai Rp1,4 triliun hingga kuartal III/2020. Pendapatan ini turun drastis hingga 70 persen dibandingkan dengan periode sama tahun lalu mencapai Rp4,8 triliun.
Perseroan pun tercatat membukukan rugi bersih pada periode 30 September 2020 sebesar Rp1,7 triliun dibandingkan dengan periode 30 September 2019 membukukan laba bersih Rp441 juta. Selain itu, terdapat peningkatan kewajiban sewa pembiayaan jangka pendek, per 30 September 2020 menjadi sebesar Rp1 triliun.