Bisnis.com, JAKARTA - Pertamina memerlukan pengkajian teknologi pada sejumlah proyeknya, untuk memudahkan transformasi perusahaan menuju industri proses dan energi sekaligus memastikan pemenuhan tingkat kandungan dalam negeri.
Beberapa proyek tersebut di antaranya teknologi biorefinery untuk transformasi teknologi kilang berbasis bahan baku fosil menjadi energi terbarukan, teknologi penyimpanan energi (energy storage), residu kilang, dan teknologi dimethyl ether (DME) untuk subtitusi bahan bakar LPG.
“Dengan dukungan pengkajian dan penerapan teknologi, Pertamina dapat lebih mudah mewujudkan transformasi perusahaan menuju industri proses dan energi,” kata Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Nicke Widyawati seperti dikutip dalam keterangan pers Kementerian BUMN, Rabu (2/12/2020).
Untuk hal itu, Pertamina menggandeng BPPT (Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi). Komitmen kerja sama itu dituangkan dalam nota kesepahaman yang ditandatangani pada Selasa (1/12/2020). Pertamina juga menggandeng perusahaan inspeksi Sucofindo dan Surveyor Indonesia.
Kepala BPPT Hammam Riza menyampaikan pihaknya siap bekerja sama dengan Pertamina untuk memastikan penggunaan local content dalam proyek-proyek Pertamina.
“Melalui kerja sama ini, BPPT bersama dengan Pertamina dapat membina industri lokal agar naik kelas dari biasanya hanya assembler menjadi industri yang memiliki brand name, dengan kemampuan hak cipta sendiri dan hilirasi produk sebagai penghela pertumbuhan ekonomi nasional,” ujarnya.
Baca Juga
Nicke Widyawati mengatakan Pertamina menjalankan peran besar dalam mendorong pertumbuhan ekonomi nasional dengan memastikan implementasi TKDN pada setiap proyek dan proses bisnis di Pertamina Group.
“Sesuai dengan arahan pemerintah untuk terus mendorong TKDN, Pertamina juga berkomitmen untuk memastikan implementasi TKDN di seluruh proses usahanya. Ini berlaku di seluruh lini usaha mulai dari hulu hingga hilir. Mulai dari perencanaan hingga implementasi dan evaluasi,” ujar Nicke.