Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Inflasi Akhir Tahun Diproyeksi 1,5 Persen, Sri Mulyani: Terendah dalam 6 Tahun

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat inflasi pada November 2020 sebesar 0,28 persen secara bulanan (month-to-month/mtm). Secara tahunan, inflasi tercatat sebesar 1,59 persen.
Menteri Keuangan Sri Mulyani (kanan) bersama dengan Direktur Jenderal Pajak (DJP) Suryo Utomo (kiri) menjawab pertanyaan wartawan usai melakukan pelaporan Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan di Kantor DJP, Jakarta, Selasa (10/3/2020). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti
Menteri Keuangan Sri Mulyani (kanan) bersama dengan Direktur Jenderal Pajak (DJP) Suryo Utomo (kiri) menjawab pertanyaan wartawan usai melakukan pelaporan Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan di Kantor DJP, Jakarta, Selasa (10/3/2020). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti

Bisnis.com, JAKARTA - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati memproyeksi tingkat inflasi pada akhir 2020 akan mencapai level 1,5 persen.

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat inflasi pada November 2020 sebesar 0,28 persen secara bulanan (month-to-month/mtm). Secara tahunan, inflasi tercatat sebesar 1,59 persen. Sementara secara tahun kalender, inflasi mencapai 1,23 persen (year to date/ytd).

Sementara, inflasi inti pada November 2020 tercatat sebesar 0,06 persen mtm dan secara tahunan sebesar 1,67 yoy.

Sri Mulyani mengatakan inflasi pada November 2020 tersebut masih berada dalam level yang rendah karena sisi permintaan yang masih sangat lemah sebagai dampak dari pandemi Covid-19.

"Outlook 2020 kami perkirakan inflasi ada di 1,5 persen. Ini sangat rendah dalam 6 tahun terakhir, jauh lebih rendah single digit," katanya dalam konferensi pers secara virtual, Selasa (1/12/2020).

Namun di sisi lain, Sri Mulyani mengatakan rendahnya tingkat inflasi pada tahun ini dapat memberikan efek beban dana (cost of fund) yang lebih rendah.

Meski demikian, permintaan yang masih tertekan harus menjadi perhatian dan harus terus diperkuat ke depannya.

"Kuartal III terjadi titik balik agregat demand, terjadi pembalikan kecuali impor yang masih kontraksi dalam. Ekonomi sudah melewati titik terburuk pada kuartal II, namun tidak berarti kita harus terlena karena masih pembalikan awal dan harus dijaga," ujarnya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Maria Elena
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper