Bisnis.com, JAKARTA - Kementerian Perindustrian (Kemenperin) akan fokus mengarahkan industri minyak mentah kelapa sawit (crude palm oil/CPO) untuk melakukan hilirisasi pada 2021. Strateginya menggunakan insentif ekspor bagi produk hilir CPO maupun inovasi produk.
Direktur Jenderal Industri Agro Kemenperin Abdul Rochim mengatakan industri sawit dari hulu ke hilir menunjukkan kinerja produksi dan ekspor gemilang selama pandemi Covid-19. Peningkatan terbesar terlihat pada performa pengapalan oleokimia hingg 26 persen secara tahunan.
"Momentum ini menjadi milestone strategi hilirisasi dan mendorong ekspor dengan tiga arah, yakni oleopangn, oleokimia, dan bahan bakar nabati (BBN)," katanya kepada Bisnis, Selasa (1/12/2020).
Produk oleopangan yang dimaksud adalah minyak goreng dan lemak pangan. Misi pada strategi peningkatan ekspor oleopangan pada 2021 adalah "to feed the world".
Produk oleoimia adalah sabun dan produk kebersihan pribadi. Walupun program imunisasi vaksin Covid-19 akan dimulai di beberapa negara pada tahun depan, misi peningkatan produk oelokimia pada 2021 adalah "to against pandemic".
Peningkatan produksi BBN pada 2021 akan dilakukan dengan program nasional B30 dan penguatan ekspor palm kernel shell.
Baca Juga
Pihaknya telah menyiapkan tiga strategi untuk menjalankan misi tersebut.
Pertama, melakukan efisiensi produksi dengan memberian insentif pajak selama pandemi. Selain itu, memberikan diskon tarif gas, khususnya pada industri oleokimia. Seperti diketahui, penurunan tari gas telah efektif terealisasikan pada sebagian pabrikan per Agustus 2020.
Kedua, pengembangan green fuel dari minyak sawit dengan teknologi Katalis Merah Putih. Green fuel akan berkualitas lebih tinggi dari biodiesel dalam program B30 saat ini. Selain itu, green fuel akan dapat digunakan secara langsung alias tidak memerlukan campuran bahan bakar fosil. Green fuel merupakan implementasi dari program B100 yang ditargetkan Presiden Joko Widodo dapat direalisasikan pada 2022.
Ketiga, revisi pungutan ekspor secara koordinasi lintas kementerian dan lembaga. Dalam waktu dekat akan diumumkan revisi pungutan ekspor tersebut.
Sebelumnya, Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (Apkasindo) menyatakan BPDP-KS telah membantu petani dalam meningkatkan produktivitas pohon melalui program replanting. Selain itu, BPDP-KS juga menjaga harga tandan buah segar (TBS) tetap tumbuh beberap tahun terakhir dengan adanya subsidi pada industri biodiesel.
"Tidak perlu bangga dengan ekspor CPO, tapi bangga dengan peningkatan produk turunan dalam negeri. [Pasalnya,] ini akna berdampa pada harga TBS," ujar Ketua Umum Apkasindo Gulat Manurung kepada Bisnis.
Gulat menyatakan penaikan dana potongan ekspor CPO menjadi US$55 per ton akan berdampak pada produktivitas kebun yang menapung 21 juta petani sawit. Program replanting yang didorong oleh BPDP-KS telah menaikkan produktivitas pohon dari sekitar 1,1-1,4 ton per hektar menjadi 2,8-3 ton per hektar.
Gulat mengakui kenaikan dana pungutan (DP) ekspor CPO akan mengurangi harga TBS sekitar Rp90-Rp105 per kilogram. Namun, DP ekpor CPO tersebut telah menaikkan harga TBS menjadi RM2.100 per ton dari posisi akhir 2019 di sekitar RM1.500 per ton
Kenaikan DP ekspor CPO akan dibebankan pada petani. Dengan kata lain, kenaikan DP ekspor CPO akan berdampak langsung pada harga TBS. "Saya pikir, sawit Indonesia harus jadi pahlawan [pada masa pandemi]. Jadi, tidak usah terlalu menuntut ini dan itu. [Selain itu] korporasi sudah untung," ucapnya.