Bisnis.com, JAKARTA — Harga minyak sawit mentah atau crude palm oil diprediksi membaik tahun depan seiring dengan terjadinya pemulihan komoditas ekspor terkait serta meningkatnya permintaan dalam negeri.
Ketua Komite Tetap Bidang Ekspor Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Handito Joewono menilai harga minyak bumi yang memengaruhi harga CPO diperkirakan pulih tahun depan.
Seiring dengan kebutuhan sawit dalam negeri yang mengalami peningkatan, jelas Handito, maka harga sawit diperkirakan membaik tahun depan, baik karena harga minyak maupun karena meningkatnya permintaan dalam negeri.
Selain itu, diskriminasi sawit yang dilakukan oleh Uni Eropa dinilai tidak akan berdampak serius terhadal industri dalam negeri. Pasalnya, sawit merupakan komoditas berdaya saing sehingga kemungkinan besar akan tetap mengisi pasar Eropa.
"Eropa mau menahan, sawit akan terus naik karena tidak semua negara di sana kompak. Kendati Eropa ingin tetap melindungi pasar dalam negerinya karena sawit punya daya saing. Jadi produk itu akan tetap mengisi pasar di sana," jelas Handito.
Sebelumnya diberitakan, Harga sawit tahun depan diproyeksi menyentuh level US$700 per barel atau naik sekitar 7 persen—10 persen dari harga saat ini. Gap yang timbul antara pasokan dan permintaan menjadi indikator dari harga komoditas tersebut.
Baca Juga
Juru Bicara Kementerian Perdagangan Fithra Faisal menilai bahwa permintaan pasar yang diperkirakan membaik tahun depan akan diiringi dengan penurunan produksi karena terdampak fenomena La Nina.
"Ini akan memicu gap antara pasokan dan permintaan. Sementara permintaan naik, suplai turun sehingga sudah pasti harga naik," ujar Fithra kepada Bisnis, Jumat (20/11/2020).