Bisnis.com, JAKARTA – Hal-hal terkait yang telah disepakati dalam perundingan Regional Comprehensive Economics Partnership (RCEP) dinilai membuka peluang besar bagi Indonesia untuk meraup keuntungan dari sisi perdagangan dan investasi.
Menurut ekonom sekaligus guru besar di Institute Pertanian Bogor (IPB) Bayu Krisnamurthi, hal tersebut dimungkinkan setelah beberapa hal telah disepakati untuk dimudahkan dalam kerja sama RCEP.
Hal yang dimaksud antara lain; perdagangan barang, ketentuan asal barang, prosedur kepabeanan dan fasilitasi perdagangan, standar dan kesesuaian, SPS, pengamanan perdagangan, jasa, investasi, kekayaan intelektual, niaga elektronik (e-commerce), kerja sama ekonomi dan teknis, pengadaan barang pemerintah, penyelesaian sengketa, finansial, dan telekomunikasi.
"Peluang dan kesempatan besar itu ibarat pintu yang dibuka lebih lebar, tergantung para wirausaha, perusahaan-perusahaan, eksportir, dan pemilik modal untuk memanfaatkan pintu yang lebih terbuka itu. Pemerintah dapat membukakan pintu, tetapi pelaku usahalah yang harus melangkah memasukinya," ujar Bayu.
Selain itu, lanjutnya, diperlukan pebisnis-pebisnis baru yang memiliki kemampuan untuk memanfaatkan peluang tersebut.
Dalam format ekonomi dunia saat ini yang semakin diwarnai oleh ekonomi digital, jelas Bayu, sharing economy, e-commerce, person-to-person atau peer-to-peer trade, kesempatan juga terbuka untuk para usaha kecil, usaha pertanian, individu-individu kreatif dari pelosok manapun.
Baca Juga
"Kata kuncinya tetap daya saing. Meskipun pintu telah dibuka lebih lebar, pasar ke 15 negara itu adalah pasar yang kompetitif, pasar yang telah matang, dan pasar yang mampu menyeleksi produk dan jasa yang berkualitas dan bersaing. Tanpa adanya produk dan jasa yang berdaya saing maka kerja keras para perunding Indonesia hanya akan dimanfaatkan pelaku usaha negara lain," sambungnya.
Disisi lain, RCEP membuka kesempatan untuk kerja sama antar negara bagi penyelesaian berbagai permasalahan yang memang masih ada dalam ekonom Indonesia. Disamping kebutuhan PMA, transfer teknologi dan kerja sama teknis akan menjadi lebih mudah.
Bayu pun menambahkan kerja sama lainnya juga bisa digenjot yakni pendidikan dan penelitian, mengatasi masalah kesehatan masyarakat dan menghadapi pandemi, meningkatkan ketahanan pangan dan gizi, dan berbagai kerja sama lain di masa yang akan datang.