Bisnis.com, JAKARTA - Kementerian Perdagangan (Kemendag) mencatat nilai transaksi Trade Expo Indonesia Virtual Event (TEIVE) 2020 telah mencapai US$485,1 juta hingga hari keempat.
Direktur Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional Kasan mengatakan produk makanan dan minuman Indonesia tetap menjadi primadona pada hari keempat ini. Adapun, total nilai transaksi pada hari keempat mencatatkan nilai terbesar sepanjang TEIVE 2020, yakni US$7,09 juta dalam bentuk nota kesepahaman dengan 5 negara, yakni Jerman, Qatar, Selandia Baru, Inggris, dan Belanda.
"Kemendag tetap optimis, pelaksanaan TEI-VE 2020 tahun ini akan mencapai target yang telah ditetapkan. Meskipun di masa pandemi, namun tidak mengurangi antusiasme para eksportir untuk terus meningkatkan nilai ekspornya," katanya dalam keterangan resmi, Jumat (13/11/2020).
Kasan mendata dilaksanakan sebanyak 33 penandatanganan nota kesepahaman hingga hari keempat. Adapun, nilai transaksi pada TEIVE terbagi menjadi transaksi perdagangan mencapai US$385,1 juta dan investasi senilai US$100 juta.
Dia berujar perwakilan perdagangan di luar negeri turut berperan besar dalam capaian misi pembelian. Adapun, produk yang diminati pada misi pembelian di hari keempat, yaitu gula kelapa organik, rempah organik, buah organik, makanan siap santap, makanan olahan, serta kerupuk udang dan keripik singkong.
Tren kebutuhan makanan organik, lanjutnya, akan terus meningkat karena sangat dibutuhkan masyarakat global untuk menghadapi pandemi.
Baca Juga
Sebelumnya, Direktur Industri Makanan, Hasil Laut, dan Perikanan Kemenperin Supriyadi mengatakan investasi pada industri makanan dan minuman (mamin) telah mencapai Rp40,5 triliun. Angka tersebut merupakan 20 persen dari total investasi ke industri pengolahan senilai Rp201,8 triliun.
"Pemerintah juga telah menetapkan beberapa sektor industri prioritas yang akan dikembangkan dan tertuang dalam Rencana Induk Pengembangan Industri Nasional (RIPIN), di mana industri pangan termasuk dalam salah satu industri andalan yang diprioritaskan pengembangannya," katanya kepada Bisnis.com.
Supriadi mengatakan salah satu fokus pengembangan yang akan dilakukan pada 2021 adalah ketersediaan bahan baku. Menurutnya, ketersediaan bahan baku pada industri mamin belum mencukupi dari sisi jumlah, kualitas, dan kontinuitas.
Dia menilai ketersediaan bahan baku penting mengingat bahan baku menjadi salah satu pertimbangan para investor. Selain itu, ketersediaan pasar dan fasilitas fiskal juga menjadi pendorong penanaman modal oleh para investor.