Bisnis.com, JAKARTA — Asosiasi Jalan Tol Indonesia menyatakan bahwa anggota asosiasi yang saat ini tercatat 53 perusahaan atau badan usaha jalan tol, siap untuk memenuhi aspek sosial dan lingkungan pada proyek tol yang dioperasikan.
Ketua Umum Asosiasi Jalan Tol Indonesia (ATI) Subakti Syukur menjelaskan bahwa sebagai asosiasi, pihaknya tetap mendorong kepada seluruh anggota untuk dapat memperhatikan enam penilaian.
"Pertama, yaitu soal aksesibilitas. Kedua, soal kelayakan pelayanan kepada pengguna tol," ujarnya dalam webinar series "Penerapan Aspek Sosial dan Lingkungan dalam Pembangunan Jalan Tol : Studi Kasus", yang diselenggarakan harian Bisnis Indonesia bekerja sama dengan PT Indonesia Infrastructure Finance melalui saluran YouTube, Jumat (13/11/2020).
Selain Subakti, pembicara utama lainnya adalah Reynaldi Hermansjah, Presdir PT Indonesia Infrastructure Indoneaia, Kepala Badan Pengatur Jalan Tol Danang Parikesit serta sejumlah dirut perusahaan jalan tol.
Subakti yang juga menjabat sebagai Dirut PT Jasa Marga Tbk. (JSMR) melanjutkan, penilaian ketiga, operator jalan tol diminta agar melakukan efisiensi energi dalam operasional.
Keempat, operator tol harus memperhatikan lingkungan sekitar, seperti area lindung, konservasi, dan lainnya.
Baca Juga
Kelima, operator tol perlu menggunakan material konstruksi yang ramah lingkungan.
Terakhir, keenam, operator tol juga diminta supaya melaksanakan kerja sama yang erat di kewilayahan sekitar operasional.
Pada paparan sebelumnya, Subakti menjelaskan bahwa Jasa Marga akan mengurangi dampak lingkungan dan sosial pembangunan proyek jalan tol dengan mengurangi kegiatan cut and fill.
Cut and fill adalah suatu proses pengerjaan tanah dengan sejumlah material tanah diambil dari suatu tempat kemudian diuruk atau ditimbun di tempat lain. Tujuan proses cut and fill adalah menjadikan permukaan tanah menjadi lebih rata sehingga memudahkan pekerjaan pembangunan yang akan dilakukan di tanah tersebut.
Melalui upaya tersebut, katanya, diharapkan kerusakan lingkungan akibat pembangunan infrastruktur bisa diminimalkan.
Menurutnya, pengurangan kegiatan cut and fill akan dibarengi dengan pembangunan terowongan. Untuk itu, Jasa Marga akan menerapkannya pada proyek jalan tol baru seperti jalan tol Yogyakarta—Bawen dan juga Yogyakarta—Solo.
“Untuk Bawen—Jogja ini mungkin agak berbeda, kami akan hati-hati sekali terhadap perubahan lingkungan. Kami akan mengurang cut and fill. Mungkin di beberapa tempat kami akan buat semacam terowongan. Jadi, ini semacam hal yang baru sehingga trase kami tidak mengganggu lingkungan yang ada,” ujar Subakti.
Syukur menjelaskan sebagai asosiasi pihaknya tetap mendorong kepada seluruh anggota untuk dapat memerhatikan 6 penilaian.
"Pertama yaitu soal aksesibilitas, kedua soal kelayakan pelayanan kepada pengguna tol," ujarnya dalam webinar Penerapan Aspek Sosial dan Lingkungan dalam pembangunan tol studi kasus oleh Bisnis Indonesia, Jumat (13/11/2020).
Kemudian yang ketiga, operator jalan tol diminta untuk melakukan efisiensi energi dalam operasional.
Keempat, operator tol harus memerhatikan lingkungan sekitar, seperti area lindung, konservasi, dan lainnya.
Kelima, operator tol perlu menggunakan material konstruksi yang ramah lingkungan. Terakhir keenam, operator tol juga diminta untuk melaksanakan kerjasama yang erat di kewilayahan sekitar operasional.