Bisnis.com, JAKARTA – Sejumlah pabrik pengolah gula mentah yang memasok untuk industri makanan dan minuman melaporkan adanya pasokan yang menipis sehingga dikhawatirkan mengganggu aktivitas produksi pada awal 2021.
Terkait dengan kekhawatiran ini, pemerintah diharapkan dapat segera memproses perizinan demi menjamin pasokan.
Ketua Asosiasi Gula Rafinasi Indonesia (AGRI) Bernardi Dharmawan mengemukakan bahwa persediaan gula rafinasi sejatinya masih memadai sampai akhir tahun ini. Meski demikian, terdapat kekhawatiran stok untuk awal tahun depan tidak akan memadai.
“Realisasi impor untuk semester II kemungkinan hanya cukup sampai akhir tahun. Beberapa anggota kami sudah melaporkan stok bahan baku di pabriknya sudah habis awal Desember,” kata Bernardi saat dihubungi, Kamis (12/11/2020).
Dia menyebutkan bahwa realisasi impor terakhir gula mentah untuk anggota AGRI berlangsung pada November ini. Dia memperkirakan realisasi untuk semester II mencapai 900.000 ton. Sebaliknya, untuk rekomendasi importasi pada 2021 dia sebut belum diterbitkan oleh pemerintah.
“Jadi memang menunggu rapat koordinasi terbatas dulu di Kemenko Perekonomian. Nanti dibahas berapa produksi gula di dalam negeri dan kuota impor gula mentah untuk tahun depan, baru Kementerian Perindustrian memberi rekomendasi bagi masing-masing pabrik,” kata dia.
Baca Juga
Kebutuhan gula mentah untuk industri pada 2021 sendiri dia perkirakan bisa tumbuh di kisaran 4-5 persen jika merujuk pada proyeksi Gapmmi. Demi menjamin pasokan untuk awal tahun depan lancar, dia berharap pemerintah bisa segera menerbitkan rekomendasi dan izin impor pada November ini.
“Importasi prosesnya tidak bisa cepat, harus pesan dulu. Apalagi di akhir tahun ini negara yang bisa memasok mungkin Brazil karena Thailand stok sudah habis, India juga. Sedangkan pengiriman dari sana 45 hari, jadi bulan ini seharusnya sudah ada rekomendasi,” lanjutnya.
Dihubungi terpisah, Direktur Jenderal Industri Agro Kementerian Pertanian membenarkan bahwa rekomendasi impor untuk 2021 belum diterbitkan lantaran karena rapat koordinasi belum digelar.
Mengenai potensi stok yang tak memadai, dia mengharapkan sejumlah pabrik yang telah mengekspor gula kristal rafinasi (GKR) dengan menggunakan bahan baku gula mentah dari alokasi yang diterimanya dapat segera mendapat pasokan pengganti.
“Rakortas dalam waktu yang tidak terlalu lama juga dapat dilaksanakan,” kata Rochim.
Merujuk pada data Badan Pusat Statistik (BPS) importasi gula mentah dengan kode HS 1701 sampai September 2020 mencapai 4,87 juta ton atau naik 58,11 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Kedatangan gula tercatat baru mulai berlangsung pada Februari tahun ini.